That Woman - I
"Ini seperti permainan tarik ulur, dimana yang berperan adalah sang waktu"
Pernahkah kamu merasa waktu kadang sangat tak adil? Tapi dilain tepat, waktu membuatmu mengerti apa yang telah dilewatinya. Gadis itu, meski ia benci, meski kadang ia marah karena terkadang waktu berjalan mendahuluinya. Dia masih ingin berterima kasih pada sang waktu. Berdamai dengan waktu. Bukan, sebenarnya pada perasaannya sendiri.
Waktu..
Kini langitnya tidak bisa ia lihat dengan sesuka hati lagi. Jika dulu ia lebih berani, jika dulu ia berdamai dengan hatinya. Mungkin langitnya masih bisa ia pandangi meski dengan jarak yg terlampau jauh. Tapi kita berbicara dengan 'kini'. Gadis itu mengerti, sangat mengerti sampai ia tak mampu menahannya. Sampai ia bahkan tak bisa mencurahkannya dengan kata. Bahkan untuk berbalik mengucapkan selamat tinggal, kata-kata itu hanya menguap dibibirnya. Langitnya telah pergi -sudah lama pergi sebenarnya-, karena ia gadis yg bodoh, terlalu bodoh. Ia baru menyadari, seperti apa rasa sakit itu. Seperti apa kehilangan sesuatu yang menjadi kebiasaannya. Gadis itu, bahkan tak bisa menangis untuk melampiaskan kesedihannya. Ia marah, marah pada kepalanya yang seakan membatu. Muak pada hatinya yang seolah membeku. Bahkan, dalam kebodohannya yang teramat dalam, ia tak bisa menemukan alasan sedikitpun untuk berpaling dan membenci langitnya. Tidak ada alasan, karena langit itu indah.
"Pertemuan singkat, kini menjadi kenangan yang sangat berarti. Dan juga, perasaan ini..."
Jika orang itu tidak menyapanya lebih dulu, apakah gadis itu akan tergerak hatinya? Jika orang itu tidak dengan lancangnya tersenyum pad gadis itu, akankah ada kisah selanjutnya?
Orang itu. Bahkan mampu membuat gadis itu mampy memutarkan 180¤ kepalanya. Dengan mencium aromanya saja, gadis itu dapat tersenyum dan tau kehadiran orang itu. Seakab semua tentang orang itu terpatri dengan kilat dikepalanya. Setiap gerak orang itu, gadis itu merekamnya dengan baik. Langkah kakinya, punggungnya, cara ia menatap, bagaimana ia tersenyum lalu tertawa. Gadis itu, seakan mengenal dengan baik gestur badan dari orang yang selalu ingin dipandangnya. Lebih lama.
Dengan skenario yg rumit, gadis itu menyadari sesuatu. Perasaannya yang lama, yang pernah diberikan pada langitnya.
Akankah perasaannya sesaat? Atau berlangsung seterusnya? Karena sekarang, gadis itu tak ingin menyangkal. Bahwa ia, jatuh cinta..
Tanpa gadis itu sadari, sang waktu sedang menjalankan tugasnya..
Seperti halnya dengan pertemuan yang singkat, perpisahan itupun akan datang cepat pada waktunya. Bahkan sebelum gadis itu berbagi akan perasaannya. Kini, gadis itu harus bersiap untuk kepergian orang itu. Seseorang yang ingin dilihatnya lebih lama, seseorang yang kini hanya dilihatnya saja. Dalam hitungan hari lagi, kini ia akan dihadapkan oleh pahitnya perpisahan..
That Woman..
Pernahkah kamu merasa waktu kadang sangat tak adil? Tapi dilain tepat, waktu membuatmu mengerti apa yang telah dilewatinya. Gadis itu, meski ia benci, meski kadang ia marah karena terkadang waktu berjalan mendahuluinya. Dia masih ingin berterima kasih pada sang waktu. Berdamai dengan waktu. Bukan, sebenarnya pada perasaannya sendiri.
Waktu..
Kini langitnya tidak bisa ia lihat dengan sesuka hati lagi. Jika dulu ia lebih berani, jika dulu ia berdamai dengan hatinya. Mungkin langitnya masih bisa ia pandangi meski dengan jarak yg terlampau jauh. Tapi kita berbicara dengan 'kini'. Gadis itu mengerti, sangat mengerti sampai ia tak mampu menahannya. Sampai ia bahkan tak bisa mencurahkannya dengan kata. Bahkan untuk berbalik mengucapkan selamat tinggal, kata-kata itu hanya menguap dibibirnya. Langitnya telah pergi -sudah lama pergi sebenarnya-, karena ia gadis yg bodoh, terlalu bodoh. Ia baru menyadari, seperti apa rasa sakit itu. Seperti apa kehilangan sesuatu yang menjadi kebiasaannya. Gadis itu, bahkan tak bisa menangis untuk melampiaskan kesedihannya. Ia marah, marah pada kepalanya yang seakan membatu. Muak pada hatinya yang seolah membeku. Bahkan, dalam kebodohannya yang teramat dalam, ia tak bisa menemukan alasan sedikitpun untuk berpaling dan membenci langitnya. Tidak ada alasan, karena langit itu indah.
"Pertemuan singkat, kini menjadi kenangan yang sangat berarti. Dan juga, perasaan ini..."
Jika orang itu tidak menyapanya lebih dulu, apakah gadis itu akan tergerak hatinya? Jika orang itu tidak dengan lancangnya tersenyum pad gadis itu, akankah ada kisah selanjutnya?
Orang itu. Bahkan mampu membuat gadis itu mampy memutarkan 180¤ kepalanya. Dengan mencium aromanya saja, gadis itu dapat tersenyum dan tau kehadiran orang itu. Seakab semua tentang orang itu terpatri dengan kilat dikepalanya. Setiap gerak orang itu, gadis itu merekamnya dengan baik. Langkah kakinya, punggungnya, cara ia menatap, bagaimana ia tersenyum lalu tertawa. Gadis itu, seakan mengenal dengan baik gestur badan dari orang yang selalu ingin dipandangnya. Lebih lama.
Dengan skenario yg rumit, gadis itu menyadari sesuatu. Perasaannya yang lama, yang pernah diberikan pada langitnya.
Akankah perasaannya sesaat? Atau berlangsung seterusnya? Karena sekarang, gadis itu tak ingin menyangkal. Bahwa ia, jatuh cinta..
Tanpa gadis itu sadari, sang waktu sedang menjalankan tugasnya..
Seperti halnya dengan pertemuan yang singkat, perpisahan itupun akan datang cepat pada waktunya. Bahkan sebelum gadis itu berbagi akan perasaannya. Kini, gadis itu harus bersiap untuk kepergian orang itu. Seseorang yang ingin dilihatnya lebih lama, seseorang yang kini hanya dilihatnya saja. Dalam hitungan hari lagi, kini ia akan dihadapkan oleh pahitnya perpisahan..
That Woman..
No comments:
Post a Comment