Friday, November 27, 2015

That Woman - I

That Woman - I

"Ini seperti permainan tarik ulur, dimana yang berperan adalah sang waktu"

Pernahkah kamu merasa waktu kadang sangat tak adil? Tapi dilain tepat, waktu membuatmu mengerti apa yang telah dilewatinya. Gadis itu, meski ia benci, meski kadang ia marah karena terkadang waktu berjalan mendahuluinya. Dia masih ingin berterima kasih pada sang waktu. Berdamai dengan waktu. Bukan, sebenarnya pada perasaannya sendiri.

Waktu..
Kini langitnya tidak bisa ia lihat dengan sesuka hati lagi. Jika dulu ia lebih berani, jika dulu ia berdamai dengan hatinya. Mungkin langitnya masih bisa ia pandangi meski dengan jarak yg terlampau jauh. Tapi kita berbicara dengan 'kini'. Gadis itu mengerti, sangat mengerti sampai ia tak mampu menahannya. Sampai ia bahkan tak bisa mencurahkannya dengan kata. Bahkan untuk berbalik mengucapkan selamat tinggal, kata-kata itu hanya menguap dibibirnya. Langitnya telah pergi -sudah lama pergi sebenarnya-, karena ia gadis yg bodoh, terlalu bodoh. Ia baru menyadari, seperti apa rasa sakit itu. Seperti apa kehilangan sesuatu yang menjadi kebiasaannya. Gadis itu, bahkan tak bisa menangis untuk melampiaskan kesedihannya. Ia marah, marah pada kepalanya yang seakan membatu. Muak pada hatinya yang seolah membeku. Bahkan, dalam kebodohannya yang teramat dalam, ia tak bisa menemukan alasan sedikitpun untuk berpaling dan membenci langitnya. Tidak ada alasan, karena langit itu indah.

"Pertemuan singkat, kini menjadi kenangan yang sangat berarti. Dan juga, perasaan ini..."


Jika orang itu tidak menyapanya lebih dulu, apakah gadis itu akan tergerak hatinya? Jika orang itu tidak dengan lancangnya tersenyum pad gadis itu, akankah ada kisah selanjutnya?
Orang itu. Bahkan mampu membuat gadis itu mampy memutarkan 180¤ kepalanya. Dengan mencium aromanya saja, gadis itu dapat tersenyum dan tau kehadiran orang itu. Seakab semua tentang orang itu terpatri dengan kilat dikepalanya. Setiap gerak orang itu, gadis itu merekamnya dengan baik. Langkah kakinya, punggungnya, cara ia menatap, bagaimana ia tersenyum lalu tertawa. Gadis itu, seakan mengenal dengan baik gestur badan dari orang yang selalu ingin dipandangnya. Lebih lama.

Dengan skenario yg rumit, gadis itu menyadari sesuatu. Perasaannya yang lama, yang pernah diberikan pada langitnya.

Akankah perasaannya sesaat? Atau berlangsung seterusnya? Karena sekarang, gadis itu tak ingin menyangkal. Bahwa ia, jatuh cinta..


Tanpa gadis itu sadari, sang waktu sedang menjalankan tugasnya..

Seperti halnya dengan pertemuan yang singkat, perpisahan itupun akan datang cepat pada waktunya. Bahkan sebelum gadis itu berbagi akan perasaannya. Kini, gadis itu harus bersiap untuk kepergian orang itu. Seseorang yang ingin dilihatnya lebih lama, seseorang yang kini hanya dilihatnya saja. Dalam hitungan hari lagi, kini ia akan dihadapkan oleh pahitnya perpisahan..



That Woman..

Thursday, November 26, 2015

When you remember..

Ini adalah saat dimana saya mulai berpikir, kalau semua udah banyak berubah.
Waktu? Kehidupan? Orang-orang? dan saya? Ah, saya rasa semua.
Saya mulai melupakan hal-hal, yang saya rasa sedikitnya bisa ngebantu saya dalam meringankan beratnya kehidupan *tsaaaahh :D
 Kalau Kang Jo Eun alias Shin Min Ah dalam daramanya Oh My Venus, berharap ada Mesin Waktu yang sangat dirasa mustahil(read: Tonton aja dramanya), disini saya juga seperti itu. Bukan mesin waktu tepatnya, cuma pengen kembali ke masa-masa indah disaat saya ngerasa 'Free' dengan apa yang saya jalani saat itu. (Tapi bukan berarti saya ngga bahagia sekarang, saya bahagia *peace* :D ).
Mungkin karna keterbatasan waktu yang saya punya, mungkin juga karna bertambahnya usia dan semakin 'dewasa'nya saya *hahaa*, saya mulai merasa kehilangan, suatu hal yang hmmm, saya kira, ngga bisa saya rasakan sekarang. Oke, seengganya saya menikmati saat itu dan saat ini pastinya.

"I remember, I remember Everything..."

All the Time


 






Tittle                      : All the Time

Author                  : zuhnisha (mysky)

Lenght                  : One Shot

Genre                   : Romance, Hurt, Alternative Universe (AU)

Rating                   : PG

Cast                       :
- Hwang Cha Young (OC
- Kim Heechul
- Kim Jong Woon


Disclaimer           : I am own the plot, the characters belong themselves.





*




“Jika saat itu kau tidak mengulurkan tanganmu padaku. Jika saat itu aku tak membalas uluran tangan itu. Apakah akan tetap ada kisah lain yang menggantikannya?”  - Hwang Cha Young -




Musim Dingin, 2013.



Hawa dingin mulai menusuk pori-pori kulit. Rintikkan air yang jatuh dari langit kini kian menderas. Hujan, seperti alunan musik, serentak dan penuh percaya diri membasahi bumi. Tetes demi tetesnya seakan mengalun dengan pasti. Tak menghiraukan keluhan atau bahkan rutukkan dari beberapa insan manusia.



Lain halnya dengan seorang gadis yang sedang duduk terpekur mengamati setiap tetesnya. Ia bahkan terlihat asyik dengan dunianya. Dalam pikirannya yang sedang menerawang entah kemana.
Bus yang ditunggunya telah tiba. Seketika ia meninggalkan rutinitasnya beberapa saat lalu. Dan kini gadis itu sudah duduk manis dikursi penumpang. Sambil mengikat rambut ikal panjangnya yang terurai kebelakang, ia mendesah perlahan. Lelah. Lelah karena terus membawa beban, beban penyesalan.




**




“Maaf karena membuatmu menunggu lama, Heechul-ssi” ucap Cha Young dengan senyuman terbaiknya.
Dihadapannya kini duduk seorang pria dengan jas semi formalnya. Pria yang ia panggil Heechul tadi tersenyum, hanya sekilas dan kembali pada wajah datarnya. Tanpa ekspresi.


“Ekspresi macam apa itu? Menyebalkan.” Keluh Cha Young kesal. Keluhan sama yang selalu ia lontarkan pada pria ‘dingin’ yang sekarang ada didepannya ini.

“Kau tahu aku dengan baik, Cha Young-ah.” Heechul tersenyum. Kali ini bertahan agak lama.
Cha Young hanya bergumam pasrah dan tak berniat menanggapi ucapan Heechul.


Kini ia mengedarkan pandangannya kesekeliling caffe yang selalu ia kunjungi bersama Heechul. Sudah berminggu-minggu sepertinya ia tidak mampir kesini. Bukan karena ia terlalu sibuk, tapi karena ia tak ingin. Kali ini Heechul yang memanggilnya, dan ia langsung bergegas menuju dimana Heechul berada.

Menerka alasan Heechul memanggilnya setelah sekian lama mereka tak bertatap muka. Meski dengan jelas ia tau apa yang ingin Heechul katakan. Orang yang ia sayangi, bahkan ia cintai sampai saat ini.


“Kau mau pesan apa?” tanya Heechul tanpa mengalihkan matanya dari menu pesanan.

Cha Young menghentikan aktifitas matanya, dan terlihat berpikir. “Hmm, seperti biasa saja”

Heechul mengerti dan segera memesankan 2 cangkir coffe late, minuman favorit Cha Young dan dirinya.
Sambil menunggu pesanan mereka datang, Cha Young terus memutar otaknya. Berpikir bagaimana untuk mengawali pembicaraan mereka kali ini. Tapi tiba-tiba Hechul memanggil namanya.


“Cha Young-ah..”


Suara berat Heechul sangat khas ditelinganya. Betapa ia begitu merindukan suara itu. Suara yang ingin didengarnya lebih lama lagi..

Cha Young mengatur nafasnya perlahan, dan mengubah ekspresi wajahnya sewajar mungkin. Menutupi suara degup jantungnya, serta melenyapkan sesaat keresahannya. Dengan tersenyum ia memandangi guratan wajah pada pria yang ada didepannya kini. Tak terpancar senyum diwajahnya lagi, yang kini terlihat hanya sepasang mata yang menatapnya sendu.


“Ya? Apa yang ingin kau katakan Heechul-ssi?” tanya Cha Young yang sebisa mungkin membuat nada suaranya terdengar normal.

Heechul masih mentapnya, menghembuskan nafasnya dengan berat. Membuat Cha Young tersudut dengan perasaannya sendiri.

Meraka bukan sepasang kekasih, atau bahkan mantan kekasih. Mereka hanya sepasang manusia yang saling menyayangi, tanpa ikatan, tanpa komitmen apapun. Hanya membiarkan perasaan mereka mengalir apa adanya, begitu menurut Heechul pada Cha Young saat itu.
Saat Cha Young bertemu, dan jatuh cinta pada Heechul yang mengulurkan tangannya, dan meninggalkan si penyayangnya.



Mungkin kata meninggalkan terdengar kejam. Tapi baginya, bagi Cha Young saat itu. Ia hanya ingin melepaskan perasaannya yang tak menentu itu. Perasaan 3 tahunnya, dan perasaannya pada Heechul yang kini dipilihnya.
Tapi ini semua terjadi tanpa kendalinya. Kim Heechul teteplah Kim Heechul yang dikenalnya. Pria yang selalu menutup dirinya, bahkan menyembunyikan kisah mereka. Kisah yang selalu Cha Young damba. Walaupun kini ia sadar, kisahnya hanya akan menjadi kisah lalu yang berakhir menyedihkan.



“Lanjutkan hidupmu, Cha Young-ah”


Kata-kata itu berhasil menohok jantungnya. Heechul dengan ekspresi yang masih sama, menunggu dengan tenang tanggapan Cha Young setelahnya. Kali ini Cha Young tidak ingin berpura-pura lagi. Perasaan kecewa, marah, lelah mungkin sudah terpampang jelas diwajahnya. Tapi apa yang bisa Cha Young lakukan sekarang? Memohon pada Heechul untuk tetap disisinya? Meminta pertanggung jawaban pada perasaanya? Atau bahkan meminta Heechul untuk menata kembali hatinya? Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Tidak, ia tidak bisa berbuat apa-apa sekarang. Karena waktu terlambat datang menghadapkannya pada penyesalan.



“Aku hadir diantara kalian, mengacaukan hidupmu dan membiarkanmu melepaskan ‘orang itu’ dari genggamanmu.. Aku menyesal.” ucap Heechul lirih. Apakah benar dia seoarang lelaki? Kenapa dia sepengecut ini? Apakah dengan mengatakan itu akan mengembalikan hidupnya yang dulu?



“berjanjilah padaku, pada pria pengecut sepertiku ini. Lanjutkan hidupmu, Cha Young-ah” Heechul mengulangi kata-katanya lagi. Cha Young terus merutuk dalam hati ‘Ya, kau memang pria pengecut. Tapi, berjanji? Kau keterlaluan’.


Cha Young mendesah perlahan, ia tahu. Semakin Heechul dissinya, semakin dalam pula ia akan terluka. “Tentu saja kita harus melanjutkan hidup kita masing-masing” ujar Cha Young. “Bahkan selama ini aku bisa bertahan tanpa ‘orang itu’ karena kau disisiku. Tapi selain itu, aku bertahan juga karena aku harus. Aku tahu, cepat atau lambat kau juga akan meninggalkanku. Sama seperti dulu kau meninggalkan kekasihmu, dan mengulurkan tangamnu, padaku.” Lanjutnya dengan getir.



Bukankah kisah ini pilihan Cha Young dulu? Dan sekarang ia dihadapkan oleh keputusannya saat itu. Kini ia memilih diam, memandang pada secangkir coffee late yang aromanya sudah menusuk indera penciumannya. Sementara Heechul terlihat sibuk dengan pikirannya sendiri.



“Maaf.. Maafkan aku, Hwang Cha Young...” ucap Heechul tiba-tiba, suaranya terdengar pelan. Meyembunyikan nada pilu dari suaranya.


Cha Young menunduk, berganti memegang cangkir kopinya. Bulir bening air mata mulai mengalir dipipinya.


“Jangan meminta maaf. Itu membuatku terlihat.. begitu menyedihkan” sahut Cha Young dalam isak tangis kecilnya.


Heechul mengulurkan tangannya, hendak mengusap air mata Cha Young, tapi diurungkan niatnya itu.

Tahu dengan tindakan Heechul, Cha Young buru-buru menyeka air matanya. Ia baik-baik saja. Harus baik-baik saja. Cha Young memaksakan senyumnya. Terlihat hancur didepan Heechul hanya akan membuatnya semakin
terpuruk.


“Kau memang seperti itu. Selalu menjadi sebuah pohon yang terlihat kokoh..” ucap Heechul, sama seperti Cha Young. Hechul juga memkasakan senyumnya. Terlihat bahwa ia memang menyesal. Membiarkan Cha Young dulu menerima uluran tangan kosongnya.

‘Pohon? Menjadi sebuah pohon katanya?’  batin Cha Young. 


Cinta selalu menyedihkan baginya. Heechul meninggalkan dirinya, dan ia juga kehilangan ‘orang itu’, si penyayangnya. Jika dipikir, ini impas. Kebodohan Cha Young yang harus menebus semuanya. Keegoisannya pada sebuah rasa yang ia sebut cinta. Cintanya kini memang telah berakhir, tapi hidup terus berlanjut. Si penyayangnya telah melanjutkan hidupnya dengan yang lain, bahagia. Dan Cha Young? Harus kembali menata hatinya, agar nanti tak ada lagi penyesalan yang membebaninya. Agar dia, bisa melanjutkan hidupnya juga, bahagia.



Setelah menenangkan perasaannya, Cha Young menyesap coffee latenya. Tersenyum pada Heecul, bukan senyum yang dipaksa juga bukan senyum yang tulus.



“Jika bisa, aku ingin menjadi mesin waktu, Heechul-ssi” ujar Cha Young menatap hampa pada mata hitam milik Heechul. “Dan melempar diriku sendiri ke masa 3 tahun lalu. Saat aku masih menggenggam erat tangannya, si penyayangku.”




*



“Apakah aku mempunyai keberanian seperti itu? Meski selalu memikirkanya, makin membuatku ragu untuk memulainya. Aku tahu, rasa bersalahku takkan bisa menyembuhkan lukamu begitu saja. Maaf, karena aku seorang pecundang”  - Kim Heechul-




***




“Saling menautkan jari, menggenggam dengan erat satu sama lain.  Saat ini aku merasa... kita takkan terpisahkan.”  - Kim Jong Woon -




Musim Panas, 2010.




Jika pada musim panas semua orang berbondong-bondong menyambut libur musim panas mereka, lain halnya dengan Kim Jong Woon. Ia masih bergelut dengan selimut tebalnya. Tak menghiraukan matahari yang mulai bergerak naik menuju singgasananya.



Matanya masih terpejam, meski dapat terlihat hidungnya sedang mengendus sesuatu. Merasa terusik dengan aroma sedap yang menggelitik indera penciumnya. Mau tak mau ia menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya. Kepalanya masih terasa pusing, wajahnya juga terlihat pucat. Dengan susah payah ia menyeimbangkan tubuhnya untuk berdiri. Melangkah ke arah sumber aroma itu yang tak lain adalah dapurnya.



Dengan senyum yang tersungging dibibirnya, matanya tertuju pada seorang gadis. Gadis yang selalu menerobos masuk ke rumahnya, gadis yang memiliki mata bulat cokelatnya. Mengawasi setiap gerak gadis yang sedang meletakkan sederetan menu sarapan pagi dimeja makan, dengan rambutnya yang diikat asal. Namun tetap saja, tidak megurangi kecantikan pada wajahnya.



Merasa diawasi, gadis itu sadar dan menoleh pada Jong Woon yang sedang tersenyum padanya. Dengan tatapan khawatir, gadis itu menghampiri Jong Woon dan meraba dahinya.

“Oh syukurlah, demammu sudah turun” ujar gadis itu lega. “Aku tak habis pikir, orang mana yang terkena demam di musim panas ini” lanjut gadis itu masih dengan meraba dahi Jong Woon.

Jong Woon hanya terkekeh pelan mendengar perkataan gadisnya itu.



“Cha Young-ah..”



Jong Woon meraih tangan gadis yang ia panggil Cha Young itu. Menggenggam dengan lembut, seakan ingin menyalurkan rasa sayang  dan terima kasih pada gadisnya. Jong Woon memang tidak terlalu banyak berkata, ia hanya mengatakan apa yang ingin dikatakannya. Dan Cha Young tahu dengan baik orang seperti dirinya.

3 tahun memang bukan waktu yang singkat, dan Cha Young telah berhasil memenuhi hati dan hidupnya. Dengan tatapan lembut, Jong Woon semakin menggenggam erat jemari Cha Young ditangannya.


“Aku baik-baik saja sekarang. Jadi kau tak perlu khawatir lagi” ujar Jong Woon dengan tenang.


“Ya, aku memang khawatir. Aku mengkhawatirkan rencana camping kita yang terancam batal karena kau demam seperti ini”


Jong Woon membelalakkan mata sipitnya. Tak percaya dengan lontaran kata yang diucapkan oleh kekasihnya.


“Apa?? Kau...” Jong Woon tidak bisa melanjutkan kata-katanya lagi.


Kini ganti Cha Young yang terkekeh geli. Dapat Jong Woon rasakan gadisnya juga menggenggam erat tangannya.


“Jong Woon-ah, aku tak peduli dengan rencana camping kita. Kau, dirimu yang terpenting sekarang untukku.”



Mata cokelat Cha Young  menatap lekat manik mata Jong Woon dengan sungguh-sungguh. Jika selama ini mata Jong Woon yang selalu meneduhkan hati Cha Young, kini keadaan berbalik. Mata Cha Young yang membiusnya, serta meluluhlantakkan hatinya.


Tanpa sadar Jong Woon melepaskan genggamannya, menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan menundukkan kepalanya. Malu, juga bahagia.


“Tidak, jangan pernah melepaskan genggaman tanganmu dariku. Jangan pernah..”



Cha Young meraih kembali jemari Jong Woon dan menggenggamnya. Cha Young tersenyum manis, menunjukkan sedikit lesung pipinya.
Jong Woon terpana. Kini rasa cintanya bertambah berkali lipat pada gadi itu. Gadisnya yang selalu memenuhi pikirannya.


“Tidak akan pernah. Aku tidak akan melepaskan tanganmu. Kecuali jika kau yang melepaskannya lebih dulu. Tidak, aku tidak akan membiarkannya terjadi.”


Tepat saat itu, Jong Woon mendekatkan wajahnya dan mencium bibir Cha Young dengan lembut. Cha Young yang teringat pekerjaannya menyiapkan sarapan, tiba-tiba berbalik dari Jong Woon dan kembali menata piring dimeja. Terlihat bahwa sebenarnya Cha Young sedang menyembunyikan senyum malunya.


Jong Woon tersenyum melihat tingkah lucu gadisnya. Ia melangkahkan kakinya perlahan, dan memeluk Cha Young dari belakang. Agar gadis ini juga tahu jantungnya juga berdegup kencang dari punggungnya.


“Sebentar saja, biarkan seperti ini sebentar saja, ya?” pinta Jong Woon masih memeluk Cha Young dengan erat, seakan tidak mau kehilangan gadisnya itu. “Aku mencintaimu, aku mencintaimu Hwang Cha Young”


Cha Young menggenggam lembut tangan Jong Woon, lalu melepaskan pelukan Jong Woon dan membalikkan badannya. Jong Woon sedikit terkejut, namun tatapan Cha Young membuatnya terdiam.



“Katakan dengan benar, katakan sekali lagi. Kau harus menatapku jika mengatakannya”

Jong Woon tahu apa maksud Cha Young. Ia menatap tepat pada manik mata Cha Young, meraih tangan Cha Young dalam genggaman. “Aku mencintaimu. Aku mencintaimu, Hwang Cha Young”


Cha Young melepaskan genggaman Jong Woon, membelai pipi Jong Won dengan lembut lalu mendekatkan wajahnya pada Jong Woon, dan mencium bibir Jong Woon dengan cepat.



“Aku juga mencintaimu, Kim Jong Woon”




*



“Aku menjadi wanita egois yang tamak. Maafkan aku.. Maaf, merusak 3 tahun kita”  - Hwang Cha Young –




***




Musim Semi, 2014.



“Gawat. Bodoh sekali aku malah terlambat”


Cha Young tak henti-hentinya mengumpat dirinya sendiri dalam perjalanan menuju kantornya. Musim Semi yang indah tidak mengurangi rasa paniknya karena keterlambatannya.

Gedung kantornya mulai terlihat, ia mulai mempercepat langkah kakinya. Karena matanya yang hanya tertuju pada kantornya saja, ia tidak sengaja menabrak seseorang yang sedang membawa selembaran kertas. Semua kertas itu berhamburan. Cha Young menunduk meminta maaf pada orang itu, tanpa melihat orang itu Cha Young langsung berjongkok dan memunguti selembaran kertas itu. ‘Bukan kertas, ini lembaran foto, huh?’


Cha Young tidak bisa menyembunyikan kekagumannya. Semua foto itu adalah pemandangan musim semi, terlihat indah dan cantik. Dan foto-foto itu tidak sembarang difoto, tapi memiliki sudut pandang dari pemotret yang sepertinya sudah terlatih
Matanya tertuju pada foto pohon Sakura yang bunganya sedang bermekaran, dengan latar belakang Gunung Jiri dibelakangnya. Sejenak ia melupakan ‘keterlambatannya’.


“Ini cantik sekalii..”

Tanpa sadar Cha Young menyuarakan apa yang ada dipikirannya. Masih memandangi foto tersebut ditangannya.


“Kau menyukainya?”

Suara pria dengan tubuh tinggi tegapnya bertanya pada
Cha Young. Pria didepannya bertubuh atletis. ‘Apakah dia seorang atlet? Postur tubuhnya bagus, dan wajahnya tampan sekali’ batin Cha Young.


Cha Young sadar dari lamunan gilanya. Ia menggelengkan kepalanya, merutuki pikiran gilanya beberapa saat lalu.


“Aku akan memberikanmu yang itu jika kau menyukainya” ucap pria itu sambil melempar pandangannya pada foto yang sedang Cha Young pegang.

Cha Young buru-buru berdiri dan memberikan selembaran foto itu pada pria asing dihadapnnya.


“Eung? Tidak, tidak, terima kasih. Maafkan aku sebelumnya” jawab Cha Young tak enak hati.


Cha Young merutuki jawabannya sendiri. Fotonya memang sangat bagus, orang bodoh mana yang tidak menyukai pemandangan sebagus itu? Apakah ia menyesal karena menolak hal bagus?


“Tidak apa-apa, kau bisa memilikinya” dengan senyum ramah pria itu menyodorkan foto tadi pada Cha Young.


“Bolehkah?”


‘Cha Young.. kau benar-benar tak tahu malu’. Rutuknya lagi dalam hati.


“Tentu, aku seorang photographer. Aku memiliki banyak di galeriku” ucap pria itu masih tetap dengan senyum ramahnya. ‘Bisakah ia menghentikan senyumnya itu?’ batin Cha Young, yang merasa senyuman pria itu mengganggunya. Atau sebenarnya mengusik hatinya?


“Waaah, pantas saja..”


Cha Young tidak melanjutkan kata-katanya ia masih menatap kagum dengan foto-foto itu. Sedangkan pria itu melirik pada ID yang Cha Young kenakan.
“Ini kartu namaku, nona Hwang Cha Young” pria itu menyodorkan kartu namanya pada Cha Young.


Cha Young sedikit terkejut karena pria itu mengetahui namanya. Dengan senyum ramah lagi  pria itu menunjuk ID yang Cha Young kenakan. Cha Young hanya menganggukkan kepalanya dan menerima kartu nama itu.


“Hei, Choi Siwon ! Sedang apa kau? Ayo, cepaat.”


Pria yang dipanggil Cho Siwon tadi menoleh pada orang yang memanggilnya, dan membentuk tanda ‘ok’ dengan jarinya.

“Maaf nona, karena menyita waktumu. Aku rasa kau juga sedang terburu-buru, sama denganku” ucap pria itu sopan.

Setelah berkata seperti itu, pria tadi membungkuk dan melenggang pergi. Dan Cha Young?


“Astagaaa, aku benar-benar akan mati ditangan Boss”


Saat Cha Young hendak melangkah menuju kantornya kembali, pria tadi berteriak ke arah Cha Young.


“Nona Hwang, lain kali kau harus mampir ke galeriku dan mentraktirku minum kopi sebagai permintaan maafmu menbrakku tadi !” Pria itu mengedipkan matanya ke arah kartu nama yang sedang Cha Young pegang lalu tersenyum pada Cha Young sebelum ia benar-benar melenggang pergi. Cha Young terpaku di tempatnya. Setelah memikirkan sesuatu, ia melanjutkan langkahnya. Senyum tersungging dari sudut bibirnya. Tapi hanya sesaat, setelahnya ia kembali berdecak kesal.




“Aaah, aku benar-benar akan mati sekarang”



*




“Aroma bunga.. Kelopak sakura yang mekar dengan indahnya. Inilah musim semi.. Musim semi di hatiku..”  - Hwang Cha Young –





- FIN         -




All the time..

Sebenernya ini fanfic udah lama 'ngendep' di note. Makasih buat seorang sahabat yang menginspirasikan saya nulis cerita ini, yaah walaupun ceritanya ngalor ngidul ngga jelas gini ><  Masih banyak salah kata disana sini. Dan untuk covernya, saya ngakak terus karena saya emang ngga mahir photoshop. Jadi maklumin aja yaaa ^^

Dan terima kasih yang udah menyempatkan diri buat membaca karya saya yang maha abal ini *deepbow*

(Repost, September 8, 2013_Zuh Nishaa)


Happy Birthday (Songfic/Ficlet?)_Repost)


Tittle                      : Happy Birthday
Lenght                  : Songfic ?
Author                  : mysky
Casts                    : Cho Kyuhyun, Shin Hye Jin (OC)
Genre                   : Fluff, Romance
Rating                   : General ?


p.s : Cerita ini terinspirasi dari lagu B.A.P dengan judul yang sama. Dan di dedikasikan untuk diri saya sendiri sama bang Eunhyuk  yang ultah hari ini /menurut jam korea/. Maaf kalau banyak typo pada nyasar (?)  Happy reading, guys ! /Pernah di posting di facebook pribadi saya April 3, 2013/










Listen babe,
I’ll dedicate this song for you.
A really happy you, who is next to me
I waited for today, your birthday





“Pasti berhasil”
Gumam seorang lelaki yang kini tengah sibuk membetulkan letak syal yang melilit di lehernya. Sesekali Ia melihat bayangan dirinya dicermin. Menyisir rambut hitamnya yang sedikit ikal itu sambil bersiul senang.Ia menunggu hari ini tiba, dengan selembar kertas didepannya yang berisi barisan-barisan nada. Cho Kyuhyun, sudah mempersiapkan semuanya. Mempersiapkan hal yang istimewa di hari ulang tahun kekasihnya.
Setelah yakin dengan penampilannya, segera Ia meraih ponselnya yang tergeletak diatas meja dan menekan beberapa angka yang sudah Ia hapal diluar kepala.
“Halo.. Sedang apa kau?”
“..”
“Baiklah, jangan terlambat. Dan sampai jumpa disana, Hye”



--



Your smile that looksat me oh
It’s really, really bright
I want to pick those stars for you





Musim semi sungguh menyuguhkan panorama alam yang indah.Tampak pohon bunga sakura yang tersusun rapi disepanjang jalan Yeouido, sebuaharea di pusat kota Seoul disepanjang jalan sungai Han. Bunga sakura yang bermekaran sungguh memperindah tempat ini, pikir Kyuhyun. Yang kini mulai bosan menunggu kedatangan kekasihnya. Detik setelahnya, sesosok wanita dengan rambut hitam yang dibiarkan tergerai kebelakang tersenyum ke arah Kyuhyun. Angin musim semi menerpa wajah kekasihnya, memberikan kesan yang cantik saat terlihat dimatanya. Bahkan HyeJin, kekasihnya, terlihat begitu bersinar sekarang.
“Sudah ku duga kau akan terlambat, bebek pendek !” decak Kyuhyun kesal, yang sebenarnya hanya klise untuk menutupi keterpesonaannya pada Hye Jin.
“Aku tahu. Hari ini aku terlihat cantik kan?”
Hye Jin mengenakan baju terusan berwarna senada dengan bunga sakura, rambut lurusnya yang tergerai, dan senyum manisnya yang setiap kali Ia sunggingkan mampu membuat Kyuhyun terpana.
“Berterima kasihlah pada bunga sakura ini, yang mempercantik penampilanmu”
Kyuhyun berdeham, mencoba menyembunyikan perasaan senangnya. Bagaimanapun tangannya ingin sekali mengacak rambut Hye Jin karena gemasnya. Namun Ia urungkan mengingat ini adalah hari istimewa bagi kekasihnya.
“Ini, sama sekali tidak terdengar seperti pujian, kau tahu?”cibir Hye Jin. Yang dibalas dengan suara tawa Kyuhyun.
“Bagaimanapun selamat ulang tahun, sayang..” Kyuhyun menatap manik mata Hye Jin, dengan senyum yang terkulum manis di bibirnya. Hye Jin menghindardari tatapan sekaligus senyuman Kyuhyun, tak ingin Kyuhyun melihat rona merah yang tertera jelas di pipinya.
“Aku sudah bosan mendengarnya, dari semalam kau terus mengatakannya. Jadi sekarang kita mau kemana?”
Kyuhyun mendengus. Berpikir bahwa Hye Jin bisa mengikuti suasana romantis yang sedang Ia ciptakan, ternyata tidak.
“Baiklah, hari ini kau tidak boleh melepaskan genggaman tanganku. Mengerti?” Kyuhyun menautkan jemarinya pada telapak tangan Hye Jin. Berjalan bersisian, sambil menikmati bunga sakura yang bermekaran dengan indahnya. Mereka saling menatap, membisikkan sesuatu, tersenyum dan tertawa.



--



Happy birthday to you
My beautiful love
Baby, only for you
Because you’re here, I’m happy
Happy birthday to you
Just like today, forever
Baby, only for you
We’re going to be together





Tidak ada hal lain yang Kyuhyun harapkan, selain Hye Jinterus berada disisinya. Seperti sekarang ini, saat Hye Jin menatapnya penuh cinta, menggenggam erat tangannya, dan menyandarkan kepalanya di bahunya. Selamanya seperti ini, selamanya sebahagia ini.
“Jangan menatapku seperti itu. Kau membuatku takut”
Hye Jin mendongakkan kepalanya yang sedari tadi Ia sandarkan pada bahu Kyuhyun. Mengernyitkan dahinya, meneliti dengan seksama arti tatapan mata Kyuhyun padanya. Kyuhyun terkekeh, hari ini Ia bersikap lain dari biasanya dan tentu membuat Hye Jin begitu heran.
“Siapa yang sedang menatapmu? Aku hanya menatap bunga sakura yang sedang mekar di bahuku”
“Astaga, darimana kau mendapatkan kata-kata murahan seperti itu?”
Senyum Kyuhyun lenyap, digantikan dengan wajahnya yang bermuram durja. Sikap Hye Jin membuatnya sakit kepala. Tidak bisakah Hye Jin hanya mengikuti saja skenario romantisme yang Ia susun?
“Kau hanya perlu diam, dan melihat saja bunga sakura yang sedang mekar di sekitar kita”
Hye Jin merangkul lengan Kyuhyun, lalu menyandarkan kembali kepalanya. Berada di bawah pohon bunga sakura memberi kehangatan tersendiri baginya. Musim semi, seperti cinta mereka yang terus bersemi dan memekar.



--




From when I open myeyes till I close them,
I only think of you for the whole day
It’s lonely, a night without you
You, who is like the sunshine that shines through the window
You wake me up and make me smile, you’re special, a bit different

You, who is moreimportant than anything else in the world
Will you accept my heart that I prepared for you





Kyuhyun menyadari, saat Ia terbangun dari tidurnya dan membuka matanya. Keberadaan Hye Jin yang tidak ada di sampingnya membuatnya sepi, dan begitu merindukannya. Seseorang yang selalu terlihat bersinar dimatanya, seseorang yang selalu menyambutnya dalam pelukannya, seseorang yang begitu penting bagi hidupnya, seperti itulah Hye Jin baginya. Begitu penting dan berharga.
“Kyu, kau lihat? Sungai Han selalu terlihat indah  ya..”
Kyuhyun menatap lurus mengikuti arah mata Hye Jin. Didepannya kini terbentang sungai yang telihat tenang, di selimuti oleh senja sore yang mengagumkan.
“Pemandangan sungai ini jauh terlihat indah saat malam”
“Benar, indah..” gumam Hye Jin, tersenyum simpul pada Kyuhyun. Kyuhyun makin mengeratkan genggaman tangannya. Dan mengulum lagi bibirnya dengan senyumannya.
“Kau juga sama indahnya, bahkan kau jauh lebih indah dimataku”
“Kyu, kau membuatku lapar..”
Kali ini Kyuhyun benar-benar sakit kepala di buatnya. Ia menghela nafasnya perlahan.
“Ayo kita pulang, kita makan di rumahku saja”
Hye Jin mengangguk, melepaskan genggaman tangan Kyuhyun dan membelai wajah Kyuhyun dengan tangan bebasnya. “Terima kasih.. Kau juga indah di mataku, Kyu”



--



Your smile that looksat me oh
It’s really, really bright
I want to pick those stars for you

Happy birthday to you
My beautiful love
Baby, only for you
Because you’re here, I’m happy
Happy birthday to you
Just like today, forever
Baby, only for you
We’re going to be together

Lovey-dovey,sometimes we argue
I think all night about what I should do to the sulking you
Do you know how my heart tightens
because you might hate me?
To me, there’s no one else but you. You’re the only one that makes me smile

I can see that you’redifferent even among a group of many people
Your shining eyes, lips
My heart feels at peace when you’re next to me

I thank God forbringing the beautiful you down here
Please stay like this forever, inside me
I will kiss you baby
Happy birthday





Kyuhyun mulai menggerakkan jemarinya menekan tuts piano, dan menghasilkan harmoni yang indah. Ia mulai bernyanyi. Menikmati setiap alunan nada yang terdengar. Matanya terus beralih, dari tuts piano dan Hye Jin. Melantunkan lagu selamat ulang tahun untuk kekasihnya. Dan Hye Jin? Dibuat terpana olehnya. Hye Jin tidak pernah tahu Kyuhyun bisa bermain piano, tidakpernah mendengar Kyuhyun bernyanyi seperti ini, dan Ia tak pernah menyangka Kyuhyun melakukan semua ini untuknya. Rasa haru dan gembira menyeruak masuk dalam hatinya. Tidak bisa menutupi kekagumannya. Ini kejutan luar biasa baginya. Kyuhyun terlihat begitu tenang dan menawan saat menggerakkan jarinya diatas tuts piano. Yang membuat Hye Jin masih terpana di tempatnya, hingga tak menyadari Kyuhyun telah mengakhiri permainannya. Kyuhyun berdiri menghampiri Hye Jin, dengan senyum yang terkulum evil di bibirnya. Menggenggam kedua tangan Hye Jin dengan lembut, menatap tepat pada kedua manik matanya.
“Happy birthday, Hye. Will you marry me?”
Pertahanannya hancur. Hye Jin tidak bisa menahan airmatanya.  Ia terlalu bahagia dan tersentuh. Setelah semua yang di lakukan Kyuhyun untuknya. Bagaimana bisa Ia menolaknya? Buru-buru Ia menyeka air matanya.
“Apakah aku perlu menjawabnya?”
“Ya.. Meski mau atau tidak, kau akan tetap menikah denganku”
Hye Jin berdecak, setelah itu tertawa. Kyuhyun selalu mempunyai cara untuk mengungkapkan perasaannya. Dan Hye Jin selalu menyukai hal-hal yang dilakukan kekasihnya itu.
“Tapi, darimana kau belajar bermain piano? Aku tahu benar kemampuan bermusikmu, Kyu”
“Kau akan terkejut jika mengetahuinya, Hye”
Kyuhyun terkekeh, dan segera mendekap Hye Jin dalam pelukannya. Dan Hye Jin? Ia bisa mendengar dengan jelas detak jantung Kyuhyun yang berdegup kencang.
“Satu hal Hye.. Denganmu, aku akan melakukan apapun. Aku mencintaimu”





Happy birthday to you
My beautiful love
Baby, only for you
Because you’re here, I’m happy
Happy birthday to you
Just like today, forever
Baby, only for you
We’re going to be together





*flashback*



“Bukan seperti itu. Kau menekan tuts yang salah lagi, bodoh!”
Kyuhyun menghela nafasnya, bermain piano bukan perkara yang mudah baginya. Gurunya yang sedang mengajarinya sekarang, sama sekali bukan orang yang ramah apalagi penyabar. Gurunya itu tak segan untuk berteriak padanya, ataupun memukul kepalanya dengan gulungan kertas. Seperti saat ini.
“Yak, Kim ahjussi !! Tak bisakah kau hanya meneriakiku saja?” sahut Kyuhyun geram.
“Sekali lagi kau panggil aku ahjussi, akan ku pastikan kau tidak akan bisa bermain piano seumur hidupmu di depan Hye Jin”
Gurunya yang Ia panggil Kim ahjussi itu, atau lebih tepatnya Kim Heechul, berhasil membuatnya terdiam dan melanjutkan lagi latihannya.
“Baiklah, hyung. Tetaplah disini dan ajari aku”
Sebenarnya Kyuhyun bisa saja mencari guru lain untuk mengajarinya, namun karena Kim Heechul adalah soonbae-nya, yang juga merangkap guru musik Hye Jin saat di sekolah. Ia mengurungkan niatnya itu.
“Perhatikan baik-baik jemarimu, dan latih vokalmu lagi”




**



Latihanpun usai, Kyuhyun sudah mempersiapkan semuanya. Pemainan pianonya pun dirasa cukup bagus baginya. Ia merebahkan diridi sofa, diikuti dengan Heechul disampingnya.
“Terima kasih, hyung. Ini benar-benar melelahkan”
“Ckck, melelahkan? Aku penasaran apa yang dilihat Hye Jin darimu?”
“Aku lebih penasaran lagi, kenapa dulu Hye Jin mengidolakanmu”
Kyuhyun menegakkan posisi duduknya, matanya kini mengamati sosok Heechul baik-baik. Dari dulu hingga sekarang, Heechul masih mempunyai selera fashion yang sama, nyentrik dan terlalu mencolok.  Yang bagi Kyuhyun sendiri terlihat mengerikan dimatanya.
“Tentu saja karena aku mempesona, aku mempunyai daya tarik sendiri bagi para gadis diluar sana”
Kyuhyun menahan tawanya. Daya tarik? Itu terdengar menggelikan baginya. “Lalu, seperti apa daya tarik yang kau punya hyung?”
“sedikit kata-kata manis, mungkin”
“Rayuan, maksudmu? Hah, benar-benar menggelikan. Aku tidak akan mengatakan hal-hal yang manis pada Hye Jin. Tidak akan.”
“Kau akan mengatakannya dihari ulang tahun Hye Jin. Pasti.”




-         FIN         -



makasih untuk kekasih saya yang tercinta, udah repot-repot bawain kue *nunjuk foto*
Ini songfic maksain banget jadinya, dan hasilnya? silahkan di komen, terima kasih ^^ kkk /tebar cinta/

STORM (Epilog)_FanFiction

 (Re-Post)
Ini kisah mereka, bukan sekedar akhir dari kisah cinta sepasang manusia.. Kisah ini akan terus berlanjut, hanya saja dengan cerita lain, yang tertuang tak hanya dari sebuah tulisan tetapi melalui kisah anda..







Tittle                       : Storm
Author                   : zuhnisha (mysky)
Lenght                    : One Shot/Drable
Genre                     : Romance, Alternative Universe (AU)
Rating                     : PG
Cast                         :
- Cho Kyuhyun
- Shin Hye Jin (OC)

Cover Credit         : by Aileen Lee *Thanks a lot for some edited dear. Love ya^^*
Disclaimer             : I am own the plot, the characters belong themselves.


HAPPY READING guys...

Hye Jin sedang berada di rumah Kyuhyun sekarang, pagi ini adalah keberangkatan mereka ke Amerika.
“Sudah ku bilang seharusnya kau mengemasi baju-bajumu dari semalam. Lihat, kau kelabakan sendiri kan?” Celoteh Hye Jin yang kini tengah berdiri di ambang pintu kamar Kyuhyun. Sama sekali tak membantu.
Kyuhyun berdecak. “Sekedar informasi nona, aku hanya membawa satu tas ransel. Tidak sepertimu..” Kyuhyun melempar pandang pada koper dan tas ransel yang Hye Jin bawa. Hye Jin mendengus kesal. Namun setelah itu memasang wajah khawatir.
“Kyu, bagaimana jika orang tuamu tidak menyukaiku?”
Kyuhyun selesai dengan barang bawaannya dan menghampiri Hye Jin.
“Tenang saja, aku pastikan mereka akan menerimamu dengan baik.” Kyuhyun tersenyum dan membelai puncak kepala Hye Jin dengan lembut. “Baiklah, ayo kita berangkat ! Kita hampir terlambat.” Kyuhyun berjalan memimpin di depan Hye Jin. Hye Jin bersungut di belakangnya “Apa-apaan dia? Dia sendiri yang membuat dirinya terlambat, dasar tiang listrik !”
“Aku mendengarnya, Bebek pendek !!” sahut Kyuhyun, menoleh ke belakang, mendelik sebentar dan melanjutkan langkahnya.
“Jangan lupa membawa kuncimu !” seru Hye Jin mengingatkan.
“ya”
“Tidak ada yang tertinggal kan?”
“Tidak”
“Kau sudah mengunci semua jendelamu?”
“Sudah”
“Kompor gas sudah kau periksa lagi?”
Kyuhyun berbalik, “Demi Tuhan, jika kau terus bertanya lebih baik kau berangkat sendiri !” decak Kyuhyun kesal.
Hye Jin berlari kecil mengimbangi langkah Kyuhyun.
“Aigo, aigo.. Kekasihku yang satu ini cepat sekali naik darah. Tidak terlihat tampan, kau tahu?” ujar Hye Jin setengah merajuk, lalu Ia merangkul lengan Kyuhyun. Sedikit menyenderkan kepalanya pada lengan Kyuhyun. Seperti anak kecil. Kyuhyun menyembunyikan senyumnya dan menahan tangannya untuk tidak mengacak rambut Hye Jin karena gemas.
“Rayuanmu tidak akan mempan untukku, bebek pendek.” balas Kyuhyun dengan nada datar.
“Benarkah?” Hye Jin membolakan matanya. Tidak tahu jika itu semakin membuatnya bertambah imut di depan Kyuhyun. “Lalu bagaimana dengan ini?” Hye Jin berjinjit dan mencium pipi Kyuhyun. Setelah itu Ia berlari-lari kecil ke arah mobil yang terparkir di depan. Mendahului Kyuhyun yang masih terpana di tempatnya berpijak. Kecupan singkat tadi memberikan efek luar biasa padanya. “Kau selalu menjadi putri angsaku yang manis, Hye..” bisik Kyuhyun lirih, mungkin hanya semilir angin yang mendengarnya. Kemudian Ia melangkah menyusul Hye Jin yang sudah duduk manis di kursi penumpang.
Mereka duduk bersisian, saling menatap, tersenyum dan tertawa. Bagi mereka tak apa jika dunia ini membuat mereka menangis. Asalkan mereka selalu bersama, asalkan mereka selalu bisa melihat satu sama lain di langit yang sama. Seperti badai di laut, prahara itu kini berlalu meninggalkan langit dan laut biru yang indah..

“All I want to do is find a way back into love
I can’t make it through without a way back into love
And if I open my heart to you
I’m hoping you’ll show me what to do
And if you help me to start again
You know that I’ll be there for you in the end..”

(Way Back Into Love – Hugh Grant, di populerkan oleh Super Junior ft. SNSD)

-               FIN          -





Selesai sudah ff absurd buatan saya.. Mengecewakan? Ngga dapet feel? *nanti dapet kisseu dari saya atu"* /bubar/
mohon kritik dan sarannya~ Terima kasih ^^


Regard,
zuhnisha (mysky)
LikeComment

STORM_FanFiction

Halo semuanya~ setelah sekian kali melakukan "permak" dengan tulisan saya, yang masih ngga ada pengaruhnya juga *amatiran* akhirnya di publish juga ff oneshot pertama yang maha abal buatan saya. Ini sebenernya oneshot, tapi karena -rada- panjang jadi nanti dibuat versi -kalo bisa di bilang- epilog nya. Harap maklum, typo bertebaran dimana-dimana.. /Tulisan ini pernah di post di Blog zuhnisha.wordpress.com dan facebook pribadi saya *eyaaaah/









Tittle                       : Storm
Author                   : zuhnisha (mysky)
Lenght                    : Oneshot
Genre                     : Romance, Alternative Universe (AU)
Rating                     : PG
Cast                         :
- Cho Kyuhyun
- Shin Hye Jin (OC)
 *Dan mungkin nanti akan ada cast-cast yang bertebaran lagi (?)
Cover Credit         : by Aileen Lee *Thanks a lot for some edited dear. Love ya^^*
Disclaimer             : I am own the plot, the characters belong themselves.


HAPPY READING guys...


Fajar telah menyingsing, namun Hye Jin enggan beranjak dari tidur nyamannya. Matanya memang terpejam, meski nyatanya Ia tak benar-benar tertidur.

Disana, di ambang pintu kamarnya. Dapat Ia rasakan seseorang yang tengah berdiri memperhatikan geliat tubuh yang sebenarnya tidak bergerak. Sosok itu, Cho Kyuhyun, kekasihnya. Yang setiap akhir pekan selalu mengunjungi rumahnya. Yang tiap kali pula keluar masuk rumahnya –kamarnya- seenak jidatnya. Tapi Ia suka, suka pada apapun yang dilakukan kekasihnya. Suka dengan kebiasaan laknat pujaan hatinya. Yang membuat Hye Jin tersenyum di balik selimut yang menutupi tubuhnya, tak menghiraukan siluet yang masih berdiri disana.

Terdengar suara langkah ringan kekasihnya. Berjalan mendekat ke ranjang yang tidak terlalu besar yang menjadi singgasana tidurnya.

“wake up, darl..” bisik Kyuhyun lirih di telinga Hye Jin. Yang mau tidak mau membuat tubuh Hye Jin menggeliat sesaat, karena setelahnya Ia malah menaikkan selimutnya, menutupi seluruh bagian kepala. “atau aku akan menciummu sampai kau tidak bisa bernafas” lanjut Kyuhyun dengan seringai kebanggaannya. Ia, lelaki bermarga Cho itu, memang selalu memiliki banyak cara untuk membangunkan gadisnya yang luar biasa malas ini.
Hye Jin terlonjak dari tidur ‘semu’nya, menyingkap kasar selimut yang sedari tadi membungkus tubuh mungilnya.

“Kau gila??” raung Hye Jin akhirnya. Kyuhyun terkekeh. Puas. Tidak ada dari seribu satu cara yang Ia punya tidak membuahkan keberhasilan. Dan Hye Jin? Tidak bisa berbuat apa-apa. Pasrah dengan sifat yang dimiliki sang pujaan hati.
“Aku lapar..” gumam Kyuhyun tiba-tiba.

**

Hye Jin POV
Apa katanya? Dia kelaparan dan mau menyeretku untuk memasakkan makanan untuknya begitu?
“Ada sandwich di meja makan. Itu akan sedikit membantu meringankan rasa laparmu” kataku dan hendak bergelung lagi dengan selimut tebalku.
“Aku ingin makan makanan yang mengenyangkan” Kyuhyun menarik selimutku, merajuk seperti anak kecil. Lucu sekali. Tapi aku masih tidak bergeming di tempatku.
“Kau bisa memakan meja makannya kalau masih belum kenyang” balasku datar.
Di detik setelahnya, dia menyingkap selimutku. Siap melontarkan kata-kata andalannya, yang baginya adalah panggilan manis untukku.
“YAK, bebek pendek !”
Benarkan kataku? Mulutnya memang terlalu ‘manis’.
“Aku tidak pendek, kau saja yang terlalu menjulang seperti tiang listrik” sahutku mulai kesal. Baru beberapa menit yang lalu dia membangunkanku seperti membangunkan seorang putri bangsawan. Tapi kata-kata manisnya lenyap saat dia melontarkan panggilan mengerikan itu.
Dia menatapku dengan senyum setannya itu. Kekasihku yang satu ini memang sepertinya punya kelainan pada otaknya.
“Aku ingin makan sup ayam” kata Kyuhyun tak menggubris wajah kesalku yang ingin menendangnya dari kamar. “Kau tau kan ahjumma yang sering memasak untukku sedang cuti sebulan ini, jadi aku membutuhkanmu” lanjutnya, kata-kata ‘membutuhkanmu’ terdengar lebih mengerikan di telingaku. Membuatku bergidik ngeri.
“Jadi kau ingin aku memasakkan makanan untukmu selama satu bulan dan menjadikanku ahjumma-mu begitu?
“Tepat” jawab Kyuhyun diplomatis sambil mengacak rambutku yang sebenarnya sudah berantakan tanpa dia mengacaukannya lagi.
“Tidak mau” jawabku tegas. Kekasihku yang malang ini, apa dia tidak tau aku sama sibuknya seperti dia?
Di luar dugaan, Kyuhyun mencondongkan tubuhnya mendekat ke arahku. Wajahnya hanya beberapa senti dari wajahku. Senantiasa membuat deru nafasnya menerpa wajah polosku.
“Kau yakin?” tanyanya dengan kerlingan nakal di matanya. Sial. Tidak bisakah wajahnya berhenti merecoki pikiranku?
“Ba- baiklah..” demi Tuhan, dia selalu bisa membuat jantungku ingin menloncat keluar ke permukaan. Aku langsung menjauhkan dahinya dengan jari telunjukku. Lagi – lagi dia terkekeh.
“Astaga Cho Kyuhyun, mulut dan otakmu memang sama-sama mengerikan” gumamku setengah bergidik. Dan Kyuhyun tertawa dengan lantangnya. Dasar tiang listrik !

**

Esoknya, seperti biasa Kyuhyun sudah terpekur didepan mobilnya. Menungguku. Aku tersenyum sumringah mendapatinya serapi ini, dengan setelan jas rapi dan dasi yang menggantung di kerah lehernya. Dan rambut yang ditata rapi pula. Meninggalkan kesan berwibawa dan bijaksana.  Jauh berbeda saat dia mengenakan kaos biasa.

Aku menenteng tas jinjing yang terdapat kotak makan didalamnya. Sekotak bekal untuk kekasih tercinta. Aku merinding saat mengatakannya. Tapi memang benar, aku mencintainya.
Lelaki yang tempat tinggalnya hanya berjarak beberapa blok dari rumahku, lelaki yang setahun terakhir ini menjadi kekasihku. Lelaki yang bernama Cho Kyuhyun yang di balik kata-kata setannya itu menyimpan rasa sayang yang sama besarnya padaku.
“Kau sudah siap?” tanyanya lalu membuka pintu mobilnya untukku. Setiap pagi kami memang selalu berangkat bekerja bersama, karena letak kantor kami yang memang searah.
Aku tersenyum padanya, terlepas dari sifatnya yang kadang menyebalkan terdapat sisi manis di dirinya yang aku sukai.
“Terima kasih untuk itu” Kyuhyun melirik bekal yang ku bawa saat dia sudah duduk di kursi kemudinya. Seulas senyum ia sunggingkan. Senyum yang tak kalah menawannya dengan penampilannya saat ini. Dusta jika aku tak terpana karenanya.
“Jangan memandangiku seperti itu, kau akan melubangi wajahku” katanya masih dengan senyum yang terkulum di bibirnya.
“wajahmu memang sudah berlubang Kyu..” balasku kalem. “Tapi kau memang sangat tampan” sergahku sebelum dia mengumpat dan menendangku keluar dari mobilnya. –Tentu saja dia tak akan bertindak seperti itu- Dia mengacak puncak kepalaku pelan, lalu menyalakan mesin dan mobilnya mulai melaju membelah jalanan kota Seoul.

***

Author POV
Kyuhyun tersenyum memandangi kotak makan yang di berikan Hye Jin padanya pagi tadi. Baginya Hye Jin adalah sosok menyebalkan dan manis dalam satu tempat. Kepribadian Hye Jin yang membuat Ia merasa nyaman disisinya. Yang perlahan menutup luka yang menganga di hatinya. Hye Jin selalu menjadi dirinya sendiri saat di dekat Kyuhyun. Mengimbangi pribadi Kyuhyun yang terkadang menutup diri itu.
“Haaah, aku iri ! Kalian selalu bermesraan setiap saat..” seru seseorang menyeruak masuk ke dalam ruangan kerja Kyuhyun. Seseorang itu adalah Lee Hyuk Jae, sahabat sekaligus rekan kerja Kyuhyun di kantornya.
“Seriuslah dengan wanita, kau sudah terlalu dewasa untuk sekedar bermain-main” ujar Kyuhyun sekenanya. Temannya ini memang payah dalam menjalin hubungan dengan wanita diluar sana, tapi Ia mahir tentang masalah cinta. Kyuhyun sendiri tak mengerti darimana Hyuk Jae belajar tentang itu. Bertapakah dia? Kyuhyun tak tahu.
“Aku menarik kata-kataku lagi yang mengatakan kalian selalu bermesraan setiap saat, nyatanya hoby kalian hanya saling meneriaki satu sama lain” Hyuk Jae bersungut kesal. Kyuhyun tak menanggapinya, malas.
“Kau tau perwakilan dari Group Sena  akan datang hari ini?” kata Hyuk Jae antusias.
Kyuhyun terlihat mengernyitkan dahinya. Ia baru ingat  perusahaan yang Ia tempati saat ini sedang menjalin kerja sama  dengan group itu untuk suatu proyek yang melibatkan dirinya.
“Lalu?” sahut Kyuhyun tak tertarik, sibuk dengan makanan yang Hye Jin buat.
“Ku dengar dia cantik. Jika kau kau tak keberatan, aku akan menggantikanmu dengan suka rela” cengir Hyuk Jae tanpa dosa.
Kyuhyun mendelik, bagaimanapun ini adalah pekerjaan yang di berikan oleh atasannya. Mana mungkin dengan seenak jidatnya Ia merubah aturan.
“Jangan melihatku seperti itu. Aku tau kau sudah punya Hye Jin. Kau tak akan tertarik pada orang itu, kan?” ujar Hyuk Jae  dan melenggang keluar sebelum Kyuhyun melempar sendok yang sedang di pegangnya.

*

- Prahara itu datang, perlahan mengikis keyakinan hati dengan caranya yang tak terduga dan menyakitkan. Sanggupkah Ia bertahan? -
Seorang wanita dengan tubuh tinggi semampainya menyusuri koridor sebuah kantor yang bari saja Ia jejaki. Ia biarkan rambut panjangnya tergerai kebelakang. Parasnya yang cantik, bentuk tubuh yang terpahat dengan indahnya serta senyum seorang dewi yang terukir manis di bibirnya, senyumnya kian merekar, mana kala Ia menemukan sebuah ruangan yang Ia cari.
Pintu terbuka.
“Masuk” ucap seorang lelaki yang tengah duduk di balik meja kerjanya. Tanpa menoleh pada siluet yang tengah berdiri di ambang pintu ruangannya. Lelaki itu masih sibuk  dengan berkas di tangannya.
“Apa kabar Hyun-ah?” sapa wanita itu. Lelaki yang di panggil Hyun-ah itu mendongak ke arah wanita itu. Ekspresi terkejut tak bisa Ia sembunyikan dari wajahnya.
“Kau..” gumam Kyuhyun.

*

Kini Kyuhyun sedang duduk didalam sebuah kafetaria dekat kantornya. Canggung, itu yang dirasakannya saat ini. Dan rindu? Entahlah..
“Bagaimana kabarmu, Seo?” tanya Kyuhyun memecah kecanggungan di antara mereka. Wanita itu, Kim Seo Young. Mantan kekasihnya sekaligus orang yang memberinya luka. Namun tak dapat di pungkiri Kyuhyun senang bisa melihatnya lagi.
“Aku baik.” jawab Seo Young sambil menatap manik mata Kyuhyun. Tatapan rindu yang tak bisa di tahannya selama ini. “Kau banyak berubah, kau terlihat jauh lebih tampan.” lanjutnya dengan seulas senyum.
Sesaat Kyuhyun terpesona, senyum yang selalu membuatnya merasa tenang saat dulu bersama Seo Young. Senyum yang selalu di tujukan hanya untuknya, untuk Kyuhyun seorang saja, dulu. Dan saat ini senyum itu masih terlihat sama.
Sepenggal masa lalu berkelebat dalam kepalanya saat ini, saat terindahnya dulu bersama Seo Young dan berganti dengan saat bagaimana Seo Young mencampakkan dirinya saat itu. Dan sampai sekarang, Seo Young tak pernah memberi alasan yang pasti kenapa tiba-tiba meninggalkan Kyuhyun dan pergi ke Amerika. Mereka berpisah begitu saja.

“Kau mungkin terus menanyakan ini, kenapa aku meninggalkanmu saat itu” ucap Seo Young yang membuat Kyuhyun tertegun di tempatnya. “Kau tau, demi mengejar karirku. Aku meninggalkanmu, melepaskan satu-satunya orang yang ku cintai. Keputusan bodohku saat itu, aku ingin menebusnya. Aku kembali..” lanjutnya dengan hati-hati. “Dan aku ingin kembali padamu..”

Sesaat Kyuhyun terpana, terkesima dengan ucapan wanita yang ada di hadapannya saat ini. Namun di detik berikutnya, dilema mulai melandanya.
“Aku sudah memiliki kekasih, Seo..”

*

Di tempat lain..
“Kemana bocah itu?” sungut Hye Jin kesal. Sudah 30 menit Hye Jin menunggu Kyuhyun menjemputnya. Namun batang hidungnya tak nampak sama sekali sampai detik ini. Sudah berulang kali Hye Jin meneriaki benda mati di tangannya karena sedari tadi hanya suara operator yang menjawabnya. Ia putuskan untuk menelpon Hyuk Jae, sahabatnya sekaligus sahabat Kyuhyun. Yang belakangan ini dengan berat hati Ia angggap seperti saudaranya karena Hyuk Jae yang memaksa. Dan sialnya, juga tak ada jawaban disana. Ia pun menyerah.

“Dasar tiang listrik ! membuatku menunggu tanpa memberi kabar sedikitpun” umpat Hye Jin kesal dan menyusuri jalanan menuju halte terdekat.

*

Sudah seminggu ini Hye Jin merasakan ada yang janggal dengan sikap Kyuhyun. Kyuhyun tidak mengomel seperti biasanya, merecoki  pagi akhir pekan Hye Jin seperti biasa. Kyuhyun terlalu banyak diam saat mereka berdua, atau hanya tersenyum saat Hye Jin berceloteh tentang hari-harinya di tempat kerja, tentang atasannya yang mengerikan. Kyuhyun yang seperti ini sungguh mengkhawatirkan baginya. Tanpa pikir panjang, Hye Jin bergegas keluar dari rumahnya. ke suatu tempat yang benar-benar ingin di tujunya. Rumah Kyuhyun.
Butuh  waktu 10 menit bagi Hye Jin dengan berjalan kaki ke rumah kekasihnya itu. Olahraga pagi sama sekali bukan gayanya, tapi lain halnya jika ini menyangkut hati. Entahlah, akhir-akhir ini Hye Jin merasa insting wanitanya sedang bekerja dengan normalnya.

Pintu pagar rumah Kyuhyun mulai terlihat, dan juga mobil sedan warna merah terparkir manis di depannya. Tidak biasanya sepagi ini ada tamu yang berkunjung. Saat jarak Hye Jin sudah mendekat, barulah Ia sadari, seorang wanita keluar dari rumah Kyuhyun, di iringi langkah Kyuhyun di belakangnya. Sambil tertawa, tawa yang jarang sekali Ia lihat pada sosok kekasihnya.

**

Pagi ini Kyuhyun heran mendapati  Seo Young yang sudah bertengger manis di depan pintu rumahnya. Dulu, Seo Young tak akan repot-repot memencet bel, menerobos masuk adalah kebiasaannya.
“Seo?”
“Apakah kebiasaan bangun pagimu hilang? Kau lama sekali membuka pintunya.” Oceh Seo Young tak menghiraukan Kyuhyun yang dibuatnya terpana. Seo Young selalu terlihat cantik dan anggun.
Kyuhyun bergumam tidak jelas. “Ada apa?” tanya Kyuhyun dan mempersilakan Seo Young masuk. Yang ditanya malah sibuk mengedarkan pandangannya. Memperhatikan setiap detil rumah Kyuhyun.
“Masih sama seperti dulu” gumam Seo Young. Sesaat setelahnya pandangannya beralih pada figura yang bertengger di meja. Foto Kyuhyun yang sedang tersenyum ke arah kamera, dan seorang gadis dengan rambut lurus sepunggung menatap Kyuhyun dengen ekpresi jengkel.
“Dia kekasihmu?” tanya Seo Young sarkastis.
Kyuhyun berdeham. Di detik berikutnya ikut memandangi fotonya bersama Hye Jin yang di ambilnya saat liburan musim panas lalu.
“Dia adalah Shin Hye Jin. Mahasiswi fakultas sastra di universitas kita dulu. Kau tidak mengenalnya? Hmm, kurasa tidak” ujar Kyuhyun. Ia tahu betul karakter Seo Young, dingin dan tidak suka berbaur dengan yang lain. Tapi memang itu salah satu daya tarik yang membuatnya jatuh cinta pada Seo Young dulu.
Ia dapati wajah Seo Young yang nampak kecewa. Setelah seminggu lalu Seo Young terang-terangan mengajaknya kembali, Ia tidak bisa memikirkan apapun. Bahkan Ia sedikit menghindari  Hye Jin akhir-akhir ini. Ia tidak tahu pergumulan apa yang terjadi dalam hatinya. Hanya saja kehadiran Seo Young yang tiba-tiba memukul dirinya mundur ke masa lalu. Apa Ia berkenan?
“Memang tidak, dan Ah, aku sampai lupa mengatakan maksud dan tujuanku kesini.” Seo Young mulai kembali ke sikap normalnya. Membuat Kyuhyun menghela nafasnya, lega. Ia sendiri tak tau apa yang Ia khawatirkan sebenarnya. “Masalah pekerjaan, tentu saja”.
Kyuhyun duduk di sofa, diikuti Seo Young yang duduk dihadapannya.
“Ada beberapa hal yang harus aku selesaikan hari ini untuk rapat besok mengenai proyek kita, dan aku butuh bantuanmu Hyun-ah” tutur Seo Young. Kyuhyun menyimak dengan seksama. Lalu mengangguk mengerti.
“Baik, akan ku bantu sebisaku”
“Tapi sebelumnya, maukah kau mememaniku sarapan?”
Tanpa perlu waktu lama bagi Kyuhyun untuk menerima ajakan itu. Seo Young keluar lebih dulu dari rumahnya, tersenyum ke arah Kyuhyun yang mengekor di belakangnya. Seo Young menggumamkan sesuatu, dan mereka berdua tertawa. Tanpa menyadari ada sepasang mata yang melihat mereka dari kejauhan, nyaris dengan tatapan terluka. Hye Jin berputar arah, kembali ke rumahnya. berjalan gontai dengan menepuk dada kirinya. Menahan tangis. Ia enggan menyimpulkan sesuatu di balik prasangkanya. Hanya saja Ia tau, seseorang dari masa lalu telah datang, seakan ingin mengikis perlahan keyakinannya. Dan perasaannya..

**

Kyuhyun nampak berpikir di balik meja kerjanya. Salah, yang ia lakukan selama ini salah, pikirnya. Beberapa hari ini Hye Jin tidak banyak bicara, dan sulit untuk ditemui sekedar untuk menjemputnya saja. Berbagai pertanyaan berkelebat dalam kepalanya, apakah gadisnya mengetahui sesuatu? Apakah Hye Jin tau ia  sering menemui wanita lain di belakangnya yang tak lain adalah Seo Young? Hye Jin menjaga jarak darinya, terlampau jauh..

Kyuhyun mendapati Hye Jin tidak ada di kantornya, pagi tadi saat Ia mencoba menjemput Hye Jin tidak di dapati Hye jin di rumahnya. Bukan, Kyuhyun dengan bodohnya hanya memeriksa bagian luar rumahnya saja. Tanpa mencoba masuk ke dalam seperti biasa. Mana ia tau Hye Jin ada di rumahnya atau tidak?
Hyuk Jae menghampiri Kyuhyun, mengerti dengan situasi Kyuhyun saat ini.

“Perasaan wanita terlalu peka Kyu, kau harus mengontrol emosimu. Dan tak baik untuk terus menoleh ke belakang saat ada seseorang yang bisa menjadi masa depanmu”.
Sahabatnya ini memang terkadang menakjubkan. Seperti sekarang. Entah bagaimana kata-kata itu bisa meluncur dari mulutnya. Yang membuat Kyuhyun diam terpaku dan berpikir cukup lama. Detik berikutnya Ia memutuskan untuk menemui Hye Jin segera.

***

Hye Jin POV

Badanku masih terasa panas. Sepertinya demam ini tak mau menyerah begitu saja. Tubuhku lunglai ditempat tidur dengan di temani adegan minggu lalu yang berputar dalam kepalaku. Apakah aku demam karena masalah itu? Menggelikan sekali.

Terdengar bel pintu rumahku berbunyi. Hal yang menjengkelkan, karena untuk bangkit saja kepalaku pening sekali. Ku seret kakiku dengan paksa, sambil merutuki siapa yang datang menjelang malam begini. Tepat saat aku ingin mencapai daun pintu, pandanganku mulai mengabur. Demam ini ingin membuatku gila sepertinya. Dan hal yang terakhir ku lihat adalah wajah yang sarat akan kekhawatiran. Wajah yang amat ku rindukan..

**

Author POV
Kyuhyun memandangi wajah Hye Jin yang tertidur pulas, masih menggengam jemari Hye Jin. Sesekali Ia meraba dahi Hye Jin, memeriksa demamnya, dan mengompresnya. Matanya tetap fokus pada wajah pucat pasi di depannya. Hye Jin terlihat rapuh, bukan sosok Hye Jin yang selalu ceria dan penuh kosa kata di mulutnya.
Dapat Kyuhyun rasakan gerakan jemari Hye Jin dalam genggaman. Perlahan Hye Jin membuka matanya.

“Kau baik-baik saja?” tanya Kyuhyun sarat kecemasan. Hye Jin hanya tersenyum. Kenyataan bahwa Kyuhyun ada di sisinya saat ini, jauh membuatnya lebih baik.
“Aku akan disini menjagamu, tidurlah..” Kyuhyun menaikkan selimut yang menutupi tubuh Hye Jin. Membelai dengan lembut puncak kepala gadisnya. Tanpa perlu waktu lama lagi Hye Jin sudah kembali tertidur.
Jam dinding berdenting menunjukkan pukul 11 malam. Saat terdengar ringtone ponsel Kyuhyun berdering. Membangunkan dirinya yang tertidur dengan menggengam tangan Hye Jin. Kyuhyun mengerutkan dahi, menatap nama yang tertera di layar ponselnya.

“ya..”
“.....”
“Kau baik-baik saja?” tanya Kyuhyun pada lawan bicaranya disana. Terselip kekhawatiran dalam kata-katanya.
“...”
“Jangan kemana-mana, tetaplah di situ”

Kyuhyun menghela nafasnya dengan berat. Bimbang. Apakah ia harus meninggalkan Hye Jin yang sedang sakit dan menemui mantan kekasihnya, Seo Young, yang sedang kalut di sana entah karena apa. Lalu Ia menghampiri tempat tidur Hye Jin, merapikan selimutnya dan mengecup kening Hye Jin. “Maafkan aku”.
Kyuhyun hendak melenggang keluar dari kamar Hye Jin.

“Jangan pergi..”

Kyuhyun berbalik, memastikan asal sebuah suara tersebut. Namun yang di lihatnya hanyalah siluet Hye Jin yang tak bergerak disana. Terlihat oleh matanya Hye Jin masih tertidur dengan pulasnya. Tanpa berpikir lagi Kyuhyun melanjutkan langkahnya, meninggalkan Hye Jin yang tanpa Ia sadari menangis dalam diam..



**

Hye Jin sudah membaik, namun perasaanya masih tetap sama. Sekarat. Jiwa labilnya memberontak, menepis bayangan wanita itu, mantan kekasih Kyuhyun sekaligus cinta pertamanya. Tapi kejadian saat Kyuhyun meninggalkannya membuatnya sakit hati. Dan puncaknya, saat hari ini Kyuhyun berkunjung ke rumahnya memastikan keadaannya.

“Apa yang mengganggu pikiranmu belakangan ini Hye?” tanya Kyuhyun. Tidak ada nada canda dalam pertanyaanya, atau sekedar melontarkan panggilan ‘manis’ untuk Hye Jin.
Hye Jin tersenyum pias. “Tidak ada”.
Kyuhyun lebih suka Hye Jin meneriaki dan memakinya. Ia tak suka Hye Jin yang berpura-pura tegar di depannya seolah semuanya baik-baik saja. Padahal kentara sekali sosok rapuh seorang Hye Jin dimatanya saat ini.

“Hye, Aku..”
“Kyu, tidak bisakah kau melihatku? Hanya melihatku saja?” sergah Hye Jin tiba-tiba.
“Kau tau aku sering bertemu dengannya..” Kyuhyun menggantungkan kalimatnya, menatap manik mata Hye Jin mencoba mencari tahu penjelasan apa yang di katakan Hye Jin baru saja.
“Aku takut kau goyah..” terselip nada getir dalam kata-kata Hye Jin. “Aku, tidak mampu bersaing dengan cinta pertamamu. Saat dia memanggilmu, kau langsung cepat berlari mengejarnya. Bagiamana bisa aku bersaing dengan orang yang selalu ingin kau tuju?” bulir bening meluncur begitu saja dari pelupuk mata Hye Jin. Buru-buru Ia menyekanya, Ia rapuh. Dan perasaannya sama rapuhnya dengannya.

“Aku mau istirahat, kau lebih baik pulang..” Hye Jin beranjak menuju kamarnya. Meninggalkan Kyuhyun yang sama terpukulnya dengannya. Hanya saja ini memang kebodohan dari seorang Cho Kyuhyun sendiri. Ia tak mau mengakui Ia telah goyah, dan ingin tetap mempertahankan Hye Jin di sisinya namun terus menyakiti perasaan gadisnya itu. Ia merutuki dirinya “Maaf, maaf..” air mata meluncur di pipi nya. Menangisi kebodahannya dalam diam.



**

Hye Jin sudah duduk dengan manis di sbuah caffee, menunggu Lee Hyuk Jae. Setelah kemarin membuat janji dengannya untuk bertemu disana. 10 menit menunggu, pria yang ditunggunya akhirnya muncul. Datang dengan cengiran lebar, tanpa dosa.

“Kau sudah makan?” tanya Hyuk Jae yang terdengar basa basi.
“Aku ingin memakanmu hidup-hidup Hyuk, jika tidak mengingat aku bukan seorang kanibal” balas Hye Jin ketus. Hyuk Jae bergidik ngeri, ekspresi wajahnya yang konyol itu membuat Hye Jin ingin tertawa.
Lama mereka bertegur sapa menanyakan kabar masing-masing, Hye Jin langsung ke titik permasalahan. Yang Ia yakin Hyuk Jae sudah pasti tahu, bagaimanapun kenyatan Kyuhyun dan Hyuk Jae bersahabat dengan baik tak terbantahkan.

“Dia kembali...” gumam Hye Jin pelan.

Hyuk Jae tahu, cepat atau lambat akan seperti ini. Seo Young, yang dulu adalah Dewi kampus dan berpacaran dengan si Pangeran tampan dan jenius dari universitas yang sama, yang tak lain adalah Kyuhyun. membuat semua mata tertuju pada pasangan itu. Pasangan yang sempurna, yang tragisnya harus berpisah saat mereka lulus dan mengejar karir masing-masing, itu yang di katakan orang menurut penglihatan Hyuk Jae. Tapi Ia tahu, Kyuhyun jika diberi pilihan menduduki jabatan tertinggi di sebuah perusahaan dan meninggalkan Seo Young, Ia lebih suka menjadi gelandangan asal terus bersama Seo Young. Dan itu terjadi pada Seo Young, yang harus meniti karir di luat negeri dan meninggalkan Kyuhyun disini dengan luka bersamanya. Dan di saat-saat terpuruk sahabatnya , datanglah Hye Jin yang ternyata adalah teman SMA nya dulu sekaligus mahasiswi di unversitas sama dengannya, dengan Kyuhyun juga.
Hye Jin yang entah secara kebetulan atau sengaja dikirimkan oleh Tuhan membuat hari-hari Kyuhyun normal seperti semula. Tertawa, tersenyum, dan memakinya sesuka hati. Hye Jin datang mencairkan hati Kyuhyun yang beku saat itu. Pertemuan yang kebetulan, adu mulut yang kerap terjadi tak ayal membuat mereka akhirnya jatuh cinta. Hyuk Jae mengerjapkan matanya, mengakhiri nostalgia pasangan yang menurutnya sama-sama abnormal itu jika sedang bersatu. Untuk menindasnya.

“Lalu apa yang ingin kau lakukan Jin-ah?” tanya Hyuk Jae akhirnya.
Hye Jin menggeleng pelan. “Aku..” Ia menggigit bibir bawahnya. Ragu untuk mengungkapkan perasaannya saat ini, kemudian Ia menghembuskan nafasnya perlahan. Hal yang sulit saat ini adalah berkata panjang lebar mengenai isi hatinya tanpa mengeluarkan air mata. “Aku takut Kyuhyun benar-benar goyah, Hyuk. Aku ingin mempertahankan dia disisiku, tapi itu juga akan menyakitiku. Tidak bisakah aku mempertahankannya di sisiku tanpa menyakitiku?” papar Hye Jin akhirnya. Hyuk Jae menjadi pendengar yang baik, mendengarkan dengan seksama setiap kata yang keluar dari mulut Hye Jin.
“Aku tidak bisa bersaing dengan Seo Young, kau sendiripun jika menjadi Kyuhyun akan memilihnya daripada aku” terang Hye Jin.

Hyuk Jae dengan bodohnya tertawa. Hye Jin mendelik ke arahnya. Siap-siap melontarkan makiannya jika pria abnormal di depannya ini tak kunjung diam. Hye Jin merasa benar-benar sinting berkeluh kesah pada manusia autis di depannya ini. Jika tidak ingat Hyuk Jae juga sahabatnya, mungkin Hye Jin sudah mendampratnya saat ini juga.

“Oh, maaf, maaf”. Ucap Hyuk Jae menyadari kesalahannya. Ia berdeham, menatap mata Hye Jin dalam-dalam. Seo Young memang cantik, mempunyai paras indah yang membuat wanita lain iri melihatnya. Tapi Hye Jin berbeda. Hye Jin memiliki wajah lugu dan polos, bibir tipis dan hidung yang mungil serta kepribadiaan yang menyenangkan membuat orang-orang di sekitarnya menerima keberadaannya. Kesan Hyuk Jae saat bertemu pertama kali dengan Hye Jin adalah imut dan manis. Tapi lain halnya jika Hye Jin sedang kesal, Ia terlihat berbeda dari penampilan polosnya. “Kau tahu Jin-ah, satu-satunya yang membuatmu berbeda adalah perasaanmu. Keyakinanmu yang selalu kuat. Tetaplah berdiri dengan keyakinan itu. Aku tertawa karena mendengar penuturan konyolmu itu” lanjutnya.
Hye Jin tercengang, heran darimana Hyuk Jae mendapatkan kata-kata menakjubkan seperti itu –menenangkan untuk Ia dengar saat ini-. Lalu setelahnya Hyuk Jae mencubit pipi Hye Jin dengan gemasnya. Hye Jin meringis kesakitan.

“Ingat bagiaman dulu kau membuatnya jatuh cinta padamu? Kau selalu kuat, sayang. Dan ada aku di belakangmu, jangan khawatir.” Ucap Hyuk Jae tulus. Hye Jin tak mau memungkiri kenyataan bahwa Hyuk Jae sosok teman yang bisa Ia andalkan.
“Singkirkan tanganmu dari wajahku Hyuk, sebelum aku mematahkannya” ujar Hye Jin sebagai ganti kata terima kasih karena Hyuk Jae sedikit membuatnya merasa lebih baik.
Hyuk Jae tertawa, senang karena Hye Jin sudah kembali ke sikap aslinya.
Setelah perasaannya sedikit membaik, Hye Jin lebih dulu pulang. “Aku ingin menghirup udara segar Hyuk” lalu Ia melenggang pergi. Tinggalah Hyuk Jae sendiri di caffee itu, sesaat ponselnya berdering, ada panggilan masuk. “Panjang umur !” serunya. Lalu Ia menjawab panggilan itu “Kau memang temanku yang paling bodoh !” ujar Hyuk Jae tanpa memberi jeda pada lawan bicaranya untuk sekedar menyapa.



**

Hye Jin berniat mampir ke rumah Kyuhyun setelah setelah pertemuannya dengan Hyuk Jae. Ia ingin berdamai dengan hatinya yang suka kalut itu. Ia tidak ingin Kyuhyun goyah, jadi Ia ingin terus menjadi pondasi keyakinan kekasihnya itu. Dan jujur saja, Ia rindu pada tiang listriknya itu.

15 menit kemudian Hye Jin sudah berada di depan pintu rumah Kyuhyun. Menerobos masuk, dan di detik berikutnya dalam hati Ia mengutuki keputusannya untuk datang ke sini. Mendapati 2 sosok yang sangat di kenalnya, sedang berpelukan. Mungkin sebentar lagi akan berciuman, entahlah karena saat itu, tanpa berpikir panjang lagi Ia berlari secepat yang Ia bisa. Sejauh yang Ia mampu tanpa berniat sedikitpun menoleh ke belakang.

**

Kyuhyun memandangi layar ponselnya setelah baru saja  menelepon temannya, Lee Hyuk Jae. Tanpa Ia sadari jemarinya dengan lihai membuka sebuah folder yang ada dalam ponselnya. Foto-foto Hye Jin dengan berbagai macam ekspresi di wajahnya. Kyuhyun tersenyum. Menyadari bahwa Ia sangat merindukan Hye Jin-nya. Semua yang ada di diri gadisnya ini. Ia tak beranjak dari tempatnya sekarang, kamarnya. Enggan melepaskan pandangannya pada foto-foto itu.

Ia sudah merencanakan sesuatu untuk mempertahankan Hye Jin disisinya. Tanpa berniat sedikitpun untuk menyakitinya. Keyakinan Kyuhyun akan pilihannya untuk bersama Hye Jin, tak akan Ia biarkan siapapun merusaknya. Termasuk masa lalunya. Karena baginya, yang terlihat adalah masa kini-nya, seseorang untuk masa depannya. Dan orang itu adalah Hye Jin.

Kyuhyun hendak bergegas pergi menemui Hye Jin saat terdengar suara bel pintu. Ia letakkan ponselnya disisi tempat tidurnya, segera keluar dari kamar dan menuju daun pintu.
Kyuhyun mendapati sosok Seo Young saat membuka pintu rumahnya. tanpa memberi jeda untuk bertanya, Seo Young berhambur dalam pelukannya. Menangis di dada bidangny.

“Apa yang terjadi?” tanya Kyuhyun. Tak mengerti apa yang membuat Seo Young terlihat sekacau ini da membuatnya tak bergeming dari pelukan Seo Young yang tiba-tiba.
“Tidak bisakah kita kembali bersama?” balas Seo Young masih memeluk Kyuhyun yang mematung di tempat.

Kyuhyun telah merenungkan itu semua. Memikirkan si masa lalu dan si masa kini, dan bayangan wajah bebek pendeknya itu yang memenuhi kepalanya. Dan saat itu Ia menyadari ketololannya karena sempat goyah dengan perasaanya sendiri.
Kyuhyun mencoba melepaskan pelukan Seo Young, namun Seo Young malah semakin mengeratkan pelukannya.
“Tidak Seo, kau tahu kalau aku-“
Pintu yang tidak tertutup sepenuhnya itu kini terbuka. Menampakkan sosok dengan senyuman lebarnya. Di detik berikutnya, senyuman itu lenyap di gantikan dengan tatapan sendu yang dipenuhi semburat luka di dalamnya.

“Hye Jin !!” pekik Kyuhyun tertahan. Lalu melepas dengan kasar pelukan Seo Young dan mencoba untuk menggapai gadis itu namun terlambat. Hye Jin berlari menjauh, sama sekali tak menoleh ke belakang. Air mata Hye Jin yang Ia lihat tadi seakan ingin meremukkan persendiannya.
Tak perlu waktu bagi Kyuhyun untuk berlari mengejar Hye Jin. Tak menhiraukan Seo Young yang masih mematung di tempatnya, menyadari Kyuhyun sudah membuat pilihannya, di depan matanya..
Kyuhyun seperti orang kesetanan mengejar Hye Jin, dan meneriaki namanya namun yang di teriaki tak kunjung berbalik. Tanpa Kyuhyun sadari, dari arah belakang terdapat seorang pria paru baya dalam keadaan mabuk mengendarai mobilnya dengan kecepatan cukup tinggi. Kyuhyun yang tidak di beri aba-aba untuk menghindar tidak bisa mengelak lagi. Dan “Braaakkkkk !!”

Tubuh kyuhyun terpelanting ke jalanan cukup keras. Darah merembas dari kepalanya. Tubuhnya sulit untuk Ia gerakkan, dan hal yang Ia sadari sebelum matanya terpejam adalah teriakan histeris dari Hye Jin. Setelah itu Ia tak sadarkan diri.

**




Hye Jin POV
Sudah 4 jam. Tapi Kyuhyun belum sadarkan diri juga. Masih ku genggam tangan Kyuhyun dengan hati-hati, tak tega melihat tubuhnya  yang terbaring dengan lebam disana sini. Untunglah Hyuk Jae datang secepat yang Ia bisa. Karena aku kalut, aku benar-benar takut. Semua itu berkecamuk dalam pikiranku.
Hyuk Jae menenangkanku, meraihku dalam rangkulannya. Ia sudah tahu bagiamana ini semua terjadi. Aku menceritakannya di telepon saat menyuruhnya ke rumah sakit. Sempat khawatir, kalau-kalu dia tidak mengerti apa yang ku katakan. Karena aku mengatakannya dengan terbata, nyaris histeris.

“Semua akan baik-baik saja, Jin-ah.” Ucapnya menenangkanku lagi.
“Kapan kau bangun? Tidak ingin minta maaf padaku hah?” racauku pada tubuh yang tak kunjung bergerak di hadapanku ini. Hanya terdengar nafasnya yang teratur disana, tanda masih ada kehidupan. Yang membuatku merasa sedikit lega karenanya. Hyuk Jae menepuk bahuku. Lagi-lagi mencoba memberi kekuatan.
“Jin-ah, sebenarnya..” Hyuk Jae menggantungkan kata-katanya. Namun aku menatapnya. Meminta penjelasan apa yang hendak Ia katakan.
“Sebenarnya setalah tadi siang kau menemuiku, Kyuhyun meneleponku. Dia memang berkelit mengatakannya, tapi akhirnya dia berkata tidak akan melepaskanmu. Dia menyadari kesalahannya dengan sering menemui Seo Young di belakangmu. Dia merencanakan sesuatu, tapi si bocah tengik itu tidak mau mengatakannya padaku.” Terang Hyuk Jae panjang lebar.
Aku yang masih belum mencerna sepenuhnya apa yang dikatakan Hyuk Jae mendongak, dan menatapnya lagi. Meminta poenjelasan lebih.
“Soal adegan pelukan yang kau ceritakan tadi, aku kira kau salah paham. Aku juga tidak tahu bagian itu. Kita tunggu saja orang yang bermasalah itu bangun.” Lanjutnya sambil mengarahkan dagunya pada sosok Kyuhyun yang masih terbaring di tempatnya.

Aku mengangguk. Mulutku  sulit dan enggan untuk mengungkpakan semuanya, mungkin karena perasaan yang berbelit dihati. Tapi dalam hati, aku percaya. Dalam hatinya, dalam hati Kyuhyun. Aku berada disana, mempunyai tempat tersendiri dan menjadi bagiannya.

**

Kyuhyun POV
Aku mulai tersadar dari ‘tidur’ ku yang entah sejak kapan berlangsung. Ku rasakan badanku nyeri dimana-dimana. Kepala yang luar biasa peningnya, serta bau obat-obatan yang tidak ku suka. Sepertinya aku sedang di rumah sakit. Baunya yang identik ini membuatku mual.

Perlahan ku buka mataku, mengerjapkan mataku berulang kali untuk terbiasa dengan penerangan di ruangan ini.
“Kyu !” suara Hye Jin yang pertama kali ku dengar saat aku berhasil membuka mataku sepenuhnya. Syukurlah, dia berada disisiku saat ini.
“Aku akan panggilkan dokter” suara yang lebih familiar lagi terdengar, suara sahabatku. Lalu Ia bergegas keluar memanggilkan dokter.
“Hye.. maafkan aku” gumamku lirih, kemudian mencoba meraih wajahnya. Hye Jin mendekat dan membiarkanku membelai wajahnya. “Aku mencintaimu..” kata-kata sakral itu mengalun dengan baik dari mulutku. Hye Jin tersenyum, menatapku dengan binar matanya.

“Ya, aku tahu.”




*

Syukurlah Hye Jin tidak terlalu lama salah paham padaku. Aku menjelaskan perihal pelukan itu padanya dengan hati-hati.

“Aku percaya padamu” begitu katanya. Kata-kata penuh kayakinan itu, aku lega sekali mendengarnya.
Keadaanku sudah cukup membaik, hanya butuh waktu untuk memulihkannya saja. Hye Jin terus menemaniku seperti hari ini dia datang bersama Hyuk Jae.
“Kau harus makan yang banyak Kyu” ujar Hye Jin. Nyaris terdengar seperti titah seorang ibu pada anaknya. Hye Jin terus menyuapikuku dengan bubur, tidak memberiku jeda untuk menelannya.
“Kau mau membunuhku hah?” aku mulai kesal, dia ini perhatian atau ingin membalas dendam padaku sih?
“Hyukie lihat, Kyuhyun kita sepertinya sudah sembuh” katanya pada Hyuk Jae, yang dibalas dengan kekehannya.
“Yak, bebek pendek !” panggilan favoritku keluar begitu saja dari mulutku. Ya Tuhan, dia mendelik ke arahku. Tapi setelah itu memasang wajah polosnya di depanku.
“ke-kenapa?” tanyaku gugup di tatapnya seperti itu.
“Aku kira setelah kecelakaan otakmu yang tidak beres itu akan pulih. Dengan memanggilku ‘angsa cantik’ atau sejenisnya.” Nada bicaranya membuat bulu kudukku meremang sesaat. Hyuk Jae yang disampingnya tertawa terpingkal mendengar penuturan Hye Jin yang bodoh itu.

“Jangan harap, bebek pendek !” ketusku. Dan bersiap mengahadapi serangan balik dari Hye Jin.
“Kau tiang listrik bodoh ! Bersikap baiklah padaku atau aku akan merobohkanmu saat ini juga !” balasnya tak kalah heboh. Aku menelan ludah, tawa Hyuk Jae makin membahana,
“Oh Tuhan, terkutuklah mereka menjadi pasangan kekasih. Mereka benar-benar mengerikan” ujar Hyuk Jae di sela-sela tawanya.
Sontak aku dan Hye Jin melotot bersamaan ke arahnya. 2 pasang mata setan dipersatukan melawan satu monyet jadi-jadian. Aku menyeringai.
Menyadari dia terintimidasi, Hyuk Jae melayangkan aksi seribu kakinya, berlari dari kamar rawatku sebelum kami menerjangnya dengan kata-kata. Aku dan Hye Jin saling pandang, detik berikutnya kami tertawa bersama.

**

Besok aku sudah di ijinkan pulang, 2 minggu sudah aku di rawat disini. Di temani celotehan Hye Jin setiap hari, senyum dan tawanya yang sangat aku rindukan. Itu menjadi salah satu staminaku tersendiri untuk cepat pulih.
Terdengar suara ketukan pintu, Seo Young melngkah masuk. Tersenyum padaku, melihatku penuh perhatian.

“Syukurlah kau baik-baik saja sekarang” ujarnya masih dengan seulas senyum.
“Ya, aku merasa baik saat ini” balasku. Ku lihat Seo Young menghela nafasnya perlahan.
“Maaf karena pernah meninggalkanmu dan memintamu untuk kembali padaku” Dia menundukkan kepalanya, dan membuatku tertegun oleh kata-katanya.
“Bisakah kau memberitahuku sesuatu?” tanyanya kemudian yang kubalas dengan anggukan.
“Apa yang dia miliki, dan aku tidak?”
Kini berganti aku yang menghela nafas.
“Aku mengagumi keyakinan yang ada dalam perasaannya. Perasaan cinta takkan hadir semudah kau mengedipkan matamu. Perasaan itu hadir, berangsur dan akan merengkuh hatimu. Tak peduli apa, dengan siapa, dan bagaiamana. Dan angkuhnya, Ia tidak pernah memberikan alasan kedatangannya padamu” paparku menerawang jauh, melemparku pada kenangan saat pertama kali aku dan Hye Jin di pertemukan.

“setidaknya itulah bagaiman cara Hye Jin mencintaiku sampai saat ini” lanjutku. Bisa ku lihat raut wajah sendu Seo Young terpatri diwajahnya.
“Aku telah kalah..” gumamnya lirih.
“Tidak. Tidak ada yang menang atau kalah dalam mencintai seseorang. Hanya saja, hatiku sudah terlalu takluk pada Hye Jin” sergahku cepat.

Seo Young tersenyum penuh arti. “Aku mengerti sekarang”


*

Hye Jin masuk ke kamarku di ikuti Hyuk Jae di belakangnya. Dia membawa baju ganti untukku. Siang ini akau akan keluar dari kamar berbau mesiu ini.

“Sepertinya akan ada penerbangan ke Amerika bulan depan” celetuk Hyuk Jae tiba-tiba. Hye Jin terlihat mengernyitkan dahinya tidak mengerti. Hyuk Jae pasti sudah mendapatkan informasi keberangkatanku ke Amerika bulan depan.
“Ironis sekali, cinta di atas persahabatan” lanjutnya dengan nada bicara seolah-olah dia sedang di kecewakan.
“Tidak bisakah kau menutup mulutmu, Hyuk?”
Hye Jin makin tak mengerti  apa yang sedang kami –aku dan monyet jadi-jadian itu- perbincangkan.
“Aku sahabatmu, tidak pernah kau bawa sekalipun mengunjungi orang tuamu disana. Dan bulan depan kau akan mengajak Hye Jin kesana” keluhnya mulai menjadi-jadi.
“Orang tuaku akan mati konyol jika aku membawa calon menantu berwujud sepertimu Hyuk” sahutku membeberkan rencana yang sudah ku persiapkan dengan hati-hati di depan orang yang bersangkutan, Hye Jin.
Harusnya ini menjadi kejutan, dan si monyet jadi-jadian ini merusak rencana yang ku buat. Ekspresi wajah Hyuk Jae berubah. Sedangkan Hye Jin sendiri tercengang di tempatnya, tak berkedip memandangku dan Hyuk Jae bergantian.

“Apakah itu rencanamu, Kyu? Mengenalkan Hye Jin pada orang tuamu setelah itu melamarnya?” seru Hyuk Jae. “Bodoh, harusnya kau bilang dari awal. Dan tidak menimbulkan kesalahpahaman di anatar kita”
Apa katanya? Salah paham? Dia pikir aku sedang menjalin hubungan apa dengannya? Ya Tuhan, kutuk saja manusia ini menjadi monyet sungguhan. Aku memasang tatapan terkeji yang ku miliki pada Hyuk Jae. Lagi-lagi dia hanya meringis. Dan tatapanku beralih pada Hye Jin.
Hyuk Jae sialan. jika dia tidak bercuap-cuap tentang rencanaku di depan Hye Jin, aku tidak akan segugup ini sekarang.

“Hye..” Hye Jin menatapku balik. Jantungku mencelos. Sulit sekali mengatakannya. Tatapannya menyudutkanku, meminta penjelasan secepatnya.
“Sebenarnya, bulan depan aku berencana mengajakmu menemui kedua orang tuaku di Amerika. Aku ingin mengenalkanmu pada mereka. Kau bersedia ikut?” akhirnya kalimat yang seperti pidato kepresidenan ini bisa ku ucapkan juga.
Ku lihat rona merah di pipinya. Dia lebih imut jika sedang merona seperti itu.
“Aku?” tanyanya polos. Tidak pernah dia bersikap manis seperti ini sebelumnya.
“Tentu saja. Mana mungkin Hyuk Jae” tandasku.
Hye Jin akhirnya mengangguk, masih dengan rona merah di wajahnya. Dia semakin menggemaskan, membuatku tak tahan untuk memeluknya. Detik berikutnya, tubuh mungilnya sudah berada dalam dekapanku.
“Haah, sepertinya aku hanya akan menjadi manusia transparan disini” ujar Hyuk Jae lalu melengos pergi. Hye Jin terkekeh dalam pelukanku. Aku mengacak rambutnya lembut. Dan melonggarkan pelukanku, menatap wajahnya yang sedang mendongak heran dengan reaksiku.

“Terimakasih” ucapku sambil menatap manik matanya.
“Untuk?”
“Untuk segalanya. Terima kasih karena mencintaiku dengan caramu. Kau pernah bertanya tidak bisakah hanya kau yang terlihat di mataku kan?” ujarku.
Hye Jin mengangguk.
“Nyatanya, duniaku hanya berpusat padamu. Mata Cho Kyuhyun akan selalu melihat Shin Hye Jin, kemanapun Ia melangkah. Shin Hye Jin hanya untuk Cho Kyuhyun, dan begitupun sebaliknya. Jadi, maukah kau tetap disisiku dan menjadi bagian jiwaku? Aku mencintaimu, Shin Hye Jin..”
Hye Jin membisu, air mata mulai mengalir di pipinya. “Aku mencintaimu. Karena itu adalah kau. Karena aku mencintaimu, Cho Kyuhyun.” balasnya dengan isakan kecil. Aku tersenyum bahagaia, ku seka bulir bening dari matanya.

Hening di antara kami berdua, tanpa ku sadari wajahku sudah mendekat, hanya beberapa senti dari wajahnya. Hye Jin memejamkan matanya. Hidung kami bersentuhan. Dan aku menciumnya dengan segenap cinta yang ku punya. Dan rasa syukur yang tak terhingga karena bisa memilikinya..

1 detik..

5 detik..

10 detik..

15 detik..

“Yak Cho Kyuhyun !! Aku tidak bisa bernafas, Bodoh !!”

 ***

End? Sayang sekali belum.. Masih ada sepenggal 'epilog' yang sebenernya ngga perlu juga di publish, tapi tetep kekeuh saya publish. Maaf, maaf..